MAKALAH PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
PMRI (PENDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA)
Dosen Pengampu:
Sailatul Ilmiyah, M.Pd
Kelompok 3 PGMI 5C:
1.
Aini Latifatun Z NIM.
D77213053
2.
Dewi Ratnasari NIM.
D77213062
3.
Dewi Roikhatul J NIM.
D77213063
4.
Fita Alimah NIM. D77213067
5.
Luluk Mas’adah NIM. D77213074
6.
Nike Silvia NIM. D77213081
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah kami yang berjudul “PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)”
tanpa suatu halangan apapun.
Shalawat serta salam selalu kami
curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi panutan dan suri tauladan
bagi kita semua. Beliaulah yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang, yakni Addinul Islam.
Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika. Dalam hal ini, kami selaku
penulis banyak berhutang budi kepada banyak pihak yang telah membantu,
memotivasi, dan senantiasa mendo’akan kami agar makalah ini selesai dengan
baik. Kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna, masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, 24
September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul……………………………………………………………….....… i
Kata Pengantar…………………………………………………………..…….…. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………....……. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………..….... 1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………..... 1
C.
Tujuan Penulisan………………………………………………………….….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia………………………..2
B. Prinsip – prinsip Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia………………….3
C. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia……………………..3
D. Contoh penerapan pendidikan matematika
realistik Indonesia…………………4
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….....……….…...5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...….......6
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting
dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitasdan mampu berkompetisi
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus
dilaksanakan sebaik – baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan
hendaknya dikelolan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat
dicapai dengan terlaksanya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan lembaga formal penyelengara
pendidikan. Sekolah dasar sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung
dibawah departemen pendidikan nasiaonal pengemban misidasar dalam memberikan
kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasioanl.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian pendidikan matematika realistik Indonesia?
2.
Bagaimana
prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik Indonesia?
3.
Bagaimana
karakteristik pendidikan matematika realistik Indonesia?
4.
Bagaimana
contoh penerapan pendidikan matematika realistik Indonesia?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pendidikan matematika realistik Indonesia?
2.
Untuk
mengetahui prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik Indonesia?
3.
Untuk
mengetahui karakteristik pendidikan matematika realistik Indonesia?
4.
Untuk
mengetahui contoh penerapan pendidikan matematika realistik Indonesia?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI)
Menurut zainurie (2007) matematika realistik
adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman
peserta didik sebagai titik awal pembelajaran.[1]
Realistic
Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda
pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat
Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat
dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Pembelajaran
matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan
yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika,
sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang
lalu.
Yang dimaksud
dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongkret yang dapat diamati atau
dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan
sekolah,keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.
Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.[2]
Dalam pandangan
PMRI, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada peserta
didik dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga
peserta didik lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan untuk dirinya sendiri.
Peran guru lebih banyak sebagai motivator terjadinya proses pembelajaran, bukan sebagai
pengajar atau penyampai ilmu. Berarti materi matematika yang disajikan kepada
peserta didik harus berupa suatu “proses” bukan sebagai barang “jadi”. Guru juga berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, peserta
didik berbagi ide-idenya, artinya mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya
satu sama lain. Guru membantu mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing
mereka untuk mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.
Pendidikan
matematika realistik adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
B. Prinsip – Prinsip Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
1.
Penemuan kembali terbimbing dan matematisasi
progresif, artinya dalam mempelajari matematika, perlu diupayakan agar peserta
didik mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip
matematika.[3]
2.
Fenomologi didaktik, artinya bahwa dalam mempelajari
konsep – konsep, prinsip – prinsip, dan materi – materi lain dalam matematika,
para peserta didik perlu bertolak dari fenomena – fenomena kontekstual, yaitu
masalah – masalah yang berasal dari dunia nyata, atau setidak – tidaknya dari
masalah yang dapat dibayangkan.
3.
Mengembangkan model – model sendiri, artinya bahwa
dalam mempelajari konsep – konsep atau materi – materi matematika yang lain
melalui masalah – masalah kontekstual, peserta didik perlu mengembangkan
sendiri cara menyelesaikan maslah tersebut.
C. Karakteristik Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
1.
Menggunakan konteks “ Dunia Nyata”
Dalam pembelajaran matematika realistik, pembelajaran
diawali dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan peserta
didik menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.[4]
2.
Menggunakan model – model (matematisasi)
Peserta didik membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia
nyata.
3.
Menggunakan Produksi dan Kontruksi
Startegi – strategi informal yang berupa prosedur
pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran.
4.
Menggunakan Interaktif
Interaksi antar murid dengan guru merupakan hal yang
mendasar dalam pendidikan matematika realistik.
5.
Menggunakan keterkaitan
Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya
diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika,
aljabar, atau geometri tetapi juga bidang yang lain.
D. Contoh Penerapan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Secara
konkret, penerapan PMRI dalam pembelajaran dapat digambarkan dalam langkah –
langkah operasional sebagai berikut:[5]
1.
Pemberian masalah
2.
Penyelesaian masalah oleh peserta didik dengan cara
mereka sendiri
3.
Peserta didik yang memiliki penyelesian masalah yang
berbeda – beda mempresentasikan hasil kerjanya
4.
Peserta didik lain memberikan tanggapan terhadap
pekerjaan yang telah dipresentasikan
5.
Dari beberapa penyelesaian dan hasil diskusi,
akhirnya melalui proses negoisasi peserta didik memilih penyelesaian paling
baik.
6.
Peserta didik mengakhiri kegiatan penyelesaian
maslah dengan refleksi.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Pendidikan matematika realistik adalah pendidikan
matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran.
2. Prinsip – Prinsip Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
a.
Penemuan kembali terbimbing dan matematisasi
progresif
b.
Fenomologi didaktik
c.
Mengembangkan model – model sendiri
3. Karakteristik Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
a.
Menggunakan konteks “ Dunia Nyata”
b.
Menggunakan model – model (matematisasi)
c.
Menggunakan Produksi dan Kontruksi
d.
Menggunakan Interaktif
e.
Menggunakan keterkaitan
4. Contoh Penerapan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Secara konkret, penerapan PMRI dalam pembelajaran
dapat digambarkan dalam langkah – langkah operasional sebagai berikut:
a.
Pemberian masalah
b.
Penyelesaian masalah oleh peserta didik dengan cara
mereka sendiri
c.
Peserta didik yang memiliki penyelesian masalah yang
berbeda – beda mempresentasikan hasil kerjanya
d.
Peserta didik lain memberikan tanggapan terhadap
pekerjaan yang telah dipresentasikan
e.
Dari beberapa penyelesaian dan hasil diskusi,
akhirnya melalui proses negoisasi peserta didik memilih penyelesaian paling
baik.
f.
Peserta didik mengakhiri kegiatan penyelesaian
maslah dengan refleksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Soviati
Evi. 2011. Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Dengan PMRI, (Bogor: Makmal Pendidikan dompet Dhuafa).
Kusaeri
dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI,
(Surabaya: LAPIS-PGMI).
Suyoto.
2007. Pendidikan Realistik, (Gresik:
Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat).
[1] Evi
Soviati, Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Dengan PMRI, (Bogor: Makmal Pendidikan dompet Dhuafa, 2011), Hal. 43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar