BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu tugas pendidik adalah mengajar. Hal
ini menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap pendidik untuk dapat
menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan
kata lain, setiap pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi
mengajar. Pendidik akan memiliki kompetensi mengajar jika, pendidik
paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis mengenai
berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan
belajar disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang. Bertolak
dan bermuara pada kebutuhan sebagai pendidik, maka makalah ini disajikan
tentang berbagai strategi, metode, media atau alat dalam proses belajar
mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama pendidik yaitu mengajar.
Sesuai dengan karakteristik peserta didik Sekolah Dasar
dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan peserta didik bersikap pasif
dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena itu,
pendidik diharapkan mampu menguasai metode–metode yang cocok untuk pembelajaran
PKN agar peserta didik lebih tertarik terhadap pelajaran tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja strategi dalam pembelajaran PKn?
2. Apa
saja metode dalam pembelajaran PKn?
3. Apa
saja media atau alat dalam pembelajaran PKn?
4. Apa
saja sumber belajar dalam pembelajaran PKn?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui strategi dalam pembelajaran PKn.
2. Untuk
mengetahui metode dalam pembelajaran PKn.
3. Untuk
mengetahui media atau alat dalam pembelajaran PKn.
4. Untuk
mengetahui sumber belajar dalam pembelajaran PKn.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Strategi
dalam Pembelajaran PKn
1. Pengertian
Strategi Pembelajaran PKn
Dick dan Carey
mengatakan, “Strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi
dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama.” (Dick
Walter dkk, 1990: 106). Menurut Seels dan Richey (1994: 31), strategi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan
aktifitas dalam pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem
pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai
tujuan umum pembelajaran yang melukiskan prosedur sistematis dalam membantu
usaha belajar peserta didik, mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan
merencanakan bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[1]
Sedangkan strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu suatu siasat atau kiat yang digunakan untuk memilih dan
mengimplementasikan segala teori, pendekatan, teknik, metode, model, media,
materi dan sumber-sumber belajar dalam proses pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKn) untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang telah ditetapkan.[2]
2. Macam-Macam
Strategi Pembelajaran PKn
Pada dasarnya
tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik, karena setiap
strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi
pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu belum tentu baik dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang lain. ltulah sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif
strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Berikut ini dikemukakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MI: [3]
a.
Jigsaw
Strategi ini digunakan
jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Materi
tersebut tidak harus disampaikan secara berurutan. Strategi ini dapat
melibatkan seluruh peserta didik dalam pembelajaran dan sekaligus dapat melatih
peserta didik mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Jigsaw adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif.
b.
Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar)
Strategi ini diterapkan
jika waktu yang tersedia untuk membahas suatu materi sangat terbatas. Para
peserta didik untuk membaca materi yang akan dibahas dengan memberikan dan
membuat kisi-kisi panduan.
c.
Information Search (Mencari Informasi)
Strategi ini dapat diterapkan
pada materi yang padat, monoton dan membosankan. Materi dapat diambil dari
berbagai sumber seperti koran, majalah, tabloid dan sebagainya.
d.
Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi
ini pada umumnya digunakan untuk memulai pembelajaran. Tujuan penggunaan
strategi ini adalah untuk melibatkan peserta didik sejak awal dengan meminta peserta
didik mengungkapkan pengalaman-pengalamannya. Strategi ini juga cocok digunakan
bila tujuan pembelajarannya mengajarkan peserta didik untuk berempati (merasakan
apa yang dirasakan orang lain).
e.
Seeing How It Is (Melihat Kejadian Sebenarnya)
Strategi ini
dimaksudkan untuk memahami suatu kondisi tidak lazim yang terjadi atau dihadapi
seseorang. Dengan strategi ini, peserta didik diminta membayangkan bagaimana dan
apa yang dilakukan oleh orang yang mengalami kondisi tersebut.
f.
Brainstorming (Curah Gagasan)
Strategi ini merupakan
langkah inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik tertentu dengan
bebas tanpa seleksi.
g. Small
Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Strategi ini
dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dan kelompok, kecakapan
analitis, dan kepekaan sosial, serta tanggung jawab individu dalam kelompok.
h.
Point Counterpoint (Adu Argumen)
Strategi ini
dimaksudkan untuk merangsang diskusi, membangun argumentasi dan memiliki
pemahaman yang Iebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks.
i. Active
Debate (Debat Aktif)
Active debate merupakan
strategi yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, argumentatif
dan reflektif. Strategi ini secara aktif melibatkan semua peserta didik di
dalam kelas, bukan hanya para pelaku debatnya (presenter) saja.
j.
Role Playing (Bermain Peran)
Tujuan utama dari
penerapan strategi ini adalah untuk mengajarkan peserta didik bagaimana
berempati. Strategi ini dapat menstimulasi peserta didik untuk mengasosiasikan
dirinya dalam suatu peran tertentu sehingga peserta didik lebih dapat memahami,
mendalami, dan mengerti tindakan sosial yang dilakukan oleh orang lain di
lingkungan sosial.
k.
Poster Comment (Mengomentari Poster atau Gambar)
Strategi ini bertujuan
untuk memberikan stimulus dan meningkatkan kreativitas dan mendorong
penghayatan peserta didik terhadap suatu permasalahan. Dalam strategi ini
peserta didik didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan
tentang suatu poster atau gambar.
l.
Concept Map/Maping (Peta Konsep)
Strategi ini menuntut
daya kreativitas dan kemampuan tingkat analisa tinggi. Dalam pelaksanaan
strategi ini peserta didik diminta membuat sintesis atau diagram dari
konsep-konsep utama yang sating berkaitan dengan memberikan tanda panah atau
garis yang memiliki arti hubungan antarkonsep tersebut. Strategi ini berasal
dari psikologi kognitif, dimana pemeroleh pemahaman yang lebih baik dan mudah
dengan cara mengaitkan atau menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya.
B. Metode
dalam Pembelajaran PKn
1. Pengertian
Metode
Metode pembelajaran,
menurut Sagala (2003), adalah cara yang digunakan oleh pendidik atau peserta
didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses
pembelajaran yang mungkin terjadi dalam strategi. Dalam proses belajar mengajar,
metode yang digunakan banyak sekali ragamnya. Sebagai pendidik, hendaknya
pandai dalam menggunakan atau memilih metode yang tepat dan sesuai dengan
materi dan kondisi peserta didik.[4]
Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal jika
pemilihan strategi dan metodenya tepat. Perlu diketahui bahwa supaya proses
belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, dalam pelaksanaan pembelajaran
dapat dipilih satu atau lebih metode.
2. Macam-Macam
Metode dalam Pembelajaran PKn
Ada beberapa
macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, diantaranya :[5]
a. Metode Ceramah
Metode ini dalam menyajikan bahan
ajar melalui penjelasan dan penuturan lisan pendidik kepada peserta didik.
Metode ini lebih tepat digunakan apabila bahan ajar banyak mengandung informasi
baru dan memerlukan penjelasan dari pendidik. Kekuatan metode ini apabila
digunakan dengan metode lain seperti tanya jawab atau diskusi yang saat ini
lebih dikenal dengan ceramah bervariasi, sehingga peserta didik bukan hanya
mendengarkan akan tetapi berbicara dalam kegiatan pembelajarannya.
b. Metode Cerita
Metode ini merupakan suatu cara
untuk menanamkan suatu nilai atau moral kepada para peserta didik dengan
mengungkapkan segala karakter kepribadian tokoh-tokoh tertentu melalui
cerita hikayat, legenda atau dongeng-dongeng sejarah lokal. Metode ini lebih
tepat digunakan dalam membantu penghayatan
nilai-nilai dan moral
serta sikap para siswa.
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dalam menyajikan
bahan ajar melalui berbagai pertayaan dari pendidik, terutama apabila dalam
proses pembelajaran, pendidik menggunakan Teknik Klarifikasi Nilai. Oleh
karena itu pendidik dituntut menguasai teknik-teknik bertanya (Questioning
Skills). Metode ini lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang
menekankan keterlibatan peserta didik atau aktivitas peserta didik.
d. Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan untuk
tujuan agar dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi bayak arah (Multiway
Trafict Communication). Komunikasi banyak arah yang terdiri dari pendidik-peserta
didik, peserta didik-pendidik dan peserta didik-peserta didik sangat dituntut
dalam pembelajaran yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Akan
tetapi dalam menggunakan metode ini salah satu hal yang tidak boleh dilupakan
yaitu harus ada masalah yang
didiskusikan.
e. Metode Penugasan
Metode ini berusaha melatih peserta
didik untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah
dipersiapkan oleh pendidik. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar peserta
didik memperoleh pengalaman langsung, nyata, bekerja mandiri dan jujur.
f. Metode Permainan Atau Kompetisi
Metode ini sangat menarik peserta
didik dalam membangkitkan motivasi belajar, latihan mengambil keputusan dan terutama
dalam menciptakan suasana senang dalam belajar (joyful learning). Dengan
suasana suasana senang maka materi pembelajaran akan mudah diserap oleh peserta
didik. Oleh karena itu metode ini berusaha dalam menyajikan bahan ajar
melalui bentuk permainan
atau kompetisi. Permainan yang
dimaksud adalah permainan yang diciptakan sendiri oleh pendidik dan dapat
berupa teka-teki, papan bergambar (sejenis
ular bertangga), kotak rahasia, kartu
bergambar dan lain-lain yang diciptakan pendidik. Isi pesan yang
dimuat dalam permainan ini hendaknya tetap berupa nilai, moral dan norma sesuai
dengan tuntutan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
g. Metode Simulasi
Metode ini merupakan cara penyajian
bahan ajar yang dilakukan secara langsung melalui kegiatan praktek tentang
pelaksanaan nilai-nilai dan moral. Melalui metode ini peserta didik dibantu
memahami dan menghayati nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
C. Media
atau Alat dalam Pembelajaran PKn
1. Pengertian
Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media dapat diartikan sebagai sumber
belajar yang dikategorikan menjadi sumber dalam bentuk manusia (guru atau
dosen) dan sumber bukan manusia, yakni materi atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat para peserta didik mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Namun, dalam pembahasan ini dapat difokuskan pada
media sebagai sumber belajar bukan manusia.[6]
Menurut Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication
Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970)
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta
didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang menyajikan pesan serta
merangsang peserta didik untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah
contoh-contohnya. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) mengartikan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.[7]
Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar
merupakan komponen dari sistem instruksional disamping pesan, orang, teknik
latar dan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya
disajikan dengan mempergunakan peralatan.[8]
Dari beberapa
pendapat yang dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media
pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu pendidik dalam mengajar serta sarana pembawa pesan
dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik).[9]
2. Fungsi
Media Pembelajaran PKn di MI
Berikut ini
merupakan beberapa fungsi dari adanya media pembelajaran PKn di MI :[10]
a. Media pembelajaran sebagai alat
bantu dalam pembelajaran.
Pada satu sisi ada materi ajar yang
tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat
memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat
memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran.
b. Media pembelajaran sebagai sumber
belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta
didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kaeagori,
yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media
pendidikan.
3. Macam-Macam
Media dalam Pembelajaran PKn
Berikut ini
merupakan berbagai macam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn,
diantaranya :
a. Media
Grafis. Media grafis termasuk media visual. Media grafis berfungsi untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi
fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Saluran
yang digunakan menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan
ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Berikut merupakan yang termasuk ke
dalam kelompok media grafis :
1) Gambar
atau Foto[11],
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, ada enam syarat yang perlu
dipenuhi oleh gambar atau foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran, antara lain:
a) Autentik.
Gambar atau foto tersebut harus secara jujur melukiskan situasi.
b) Sederhana.
Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan point-point pokok dalam
gambar.
c) Ukuran
relatif. Gambar atau foto dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda
sebenarnya. Apabila gambar atau foto tersebut tentang benda atau obyek yang
belum dikenal anak, hendaknya dalam foto atau gambar tersebut terdapat sesuatu
yang telah dikenal.
2) Sketsa[12],
yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian
pokoknya tanpa detail. Sketsa selain menarik perhatian murid, menghindari
verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan.
3) Diagram[13],
yaitu suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol.
Diagram atau sketsa menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah :
a) Benar,
digambar rapi, diberi titel, label, dan penjelasan-penjelasan yang perlu.
b) Cukup
besar dan ditempatkan secara strategis.
c) Penyusunannya
disesuaikan dengan pola membaca yang umum, yaitu dari kiri ke kanan dan dari
atas ke bawah.
4) Bagan/Chart[14].
Fungsi utamanya adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila
hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara verbal. Pesan yang
disampaikan berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau
hubungan-hubungan penting. Sebagai media yang baik, bagan haruslah :
a) Dapat
dimengerti peserta didik.
b) Sederhana
dan lugas, tidak rumit atau berbelir-belit.
c) Diganti
pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap up
to date juga tidak kehilangan daya
tarik.
5) Grafik,
yaitu gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk
tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk
menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu objek yang saling berhubungan.
Sebagai media pendidikan, grafik dapat dikatakan baik apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut : [15]
a) Jelas
untuk dilihat dan dibaca peserta didik.
b) Setiap
grafik sebaiknya hanya menyajikan satu ide atau pokok masalah.
c) Menggunakan
warna-warna kontras dan harmonis.
d) Dibuat
secara ringkas dan diberikan judul.
e) Sederhana,
menarik, teliti dan mampu “berbicara sendiri” (begitu peserta didik membaca,
langsung mengerti maksudnya).
6) Kartun,
yaitu suatu gambar inspiratif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan
sesuatu pesan secara tepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang,
situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap
esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar
sederhana.[16]
7) Poster,
tidak hanya digunakan untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu, tetapi juga
mampu mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang menyelidikinya.[17]
Secara umum, poster yang baik hendaklah :[18]
a) Sederhana.
b) Menyajikan
satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok.
c) Berwarna.
d) Slogannya
ringkas dan jitu.
e) Tulisannya
jelas.
f) Motif
dan desain bervariasi.
8) Papan
Flanel, yaitu media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu
kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat
sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot
dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali.[19]
9) Papan
Buletin, papan ini tidak dilapisi kein flanel tetapi langsung ditempeli
gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain untuk menerangkan sesuatu,
juga untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Papan buletin dibuat
dari pesan-pesan verbal tertulis seperti karangan (anak-anak), berita, dan
sebagainya.[20]
b. Media
Audio. Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun non verbal.
Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan ke dalam media audio, diantaranya : [21]
1) Radio,
media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar. Siaran radio
sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Bahkan radio juga dapat
digunakan sebagai pemberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh
pendidik atau peserta didik dalam pembelajaran.
2) Alat
Perekam Pita Magnetik (tape recorder), adalah salah satu media yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam penyampaian keakuratan sebuah informasi.
Media ini dapat merekam audio, mengulangnya dan menghapusnya. Selain itu pita
rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume, sehingga dapat
menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau dramatisasi.
c. Media
Proyeksi Diam, beberapa media yang termasuk kedalam media proyeksi diam
diantaranya adalah:[22]
1) Film
Bingkai, adalah suatu film positif baik hitam putih ataupun berwarna yang
berukuran 35 mm, dan umumnya dibingkai dengan ukuran 2x2 inchi. Untuk
melihatnya perlu ditayangkan dengan proyektor slide.
2) Film
Rangkai, hampir sama dengan film bingkai, bedanya pada film rangkai frame atau
gambar tidak memerlukan bingkai dan merupakan rangkaian berurutan dari sebuah
film atau gambar tertentu.
3) OHT
(Over Head Transparancy) adalah media visual proyeksi, dibuat di atas bahan
transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 8,5x11 inchi. Media
ini memerlukan alat khusus untuk memproyeksikannya yang dikenal dengan sebutan
Over Head Projector (OHP).
d. Media
Proyeksi Gerak dan Audio Visual, beberapa jenis media yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:[23]
1) Film
gerak, merupakan sebuah media pembelajaran yang sangat menarik karena mampu
mengungkapkan keindahan dan fakta bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak,
film juga dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan.
2) Televisi,
merupakan media menarik dan modern karena merupakan bagian dari kebutuhan
hidupnya. Televisi dapat menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik dalam
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur
gerak.
3) Video,
pesan yang disajikan dalam media video dapat berupa fakta maupun fiktif, dapat
bersifat informatif, edukatif maupun instruksional.
4) Multimedia,
adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi
dan video yang diterima oleh pengguna melalui komputer. Multimedia merupakan
penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu
seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke
dalam sistem komputer.
5) Benda,
benda-benda yang ada di sekitar dapat digunakan pula sebagai media
pembelajaran, baik benda asli maupun benda tiruan atau miniatur. Benda-benda
ini dapat membantu proses pembelajaran dengan baik terutama jika metode yang
digunakan adalah metode demonstrasi atau praktek lapangan.
D. Sumber
Belajar dalam Pembelajaran PKn.
1. Pengertian
Sumber Belajar
Beberapa ahli
mengemukakan pendapat tentang pengertian sumber belajar yaitu sebagai berikut:
a.
Menurut Yusufhadi Miarso, sumber
belajar adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan,
baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat memungkinkan terjadinya
belajar.
b.
Edgar Dale mengemukakan sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
belajar seseorang.
c.
Menurut Rohani, sumber belajar
(learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
d.
Association Educational Communication
and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber belajar adalah
semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan
siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Dari beberapa
pendapat yang dikemukakan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa sumber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.[24]
2. Manfaat
Sumber Belajar
Menurut Rohani manfaat sumber belajar antara lain
meliputi :[25]
a. Memberikan pengalaman belajar
secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
b. Dapat menyajikan
sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret.
c. Dapat
menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
d. Dapat
memberi informasi yang akurat dan terbaru.
e. Dapat
membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup
mikro maupun makro.
f. Dapat
memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan
pemanfaatannya secara tepat.
g. Dapat
merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
3. Komponen
Sumber Belajar
Komponen sumber
belajar itu sendiri merupakan suatu sistem. Artinya sumber belajar itu sendiri
merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling
berhubungan, saling mempengaruhi serta saling melengkapi. Komponen yang dimaksud
adalah semua bagian yang ada di dalam sumber belajar, baik yang dirancang
ataupun yang dimanfaatkan. Adapun komponen-komponen sumber belajar dapat
dianalisis sebagai berikut:[26]
a.
Tujuan
dan fungsi sumber belajar.
b.
Bentuk
atau keadaan fisik sumber belajar.
c.
Pesan.
d.
Tingkat
kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar berkaitan dengan keadaan
fisik dan pesan sumber belajar. Untuk menentukan apakah sumber belajar itu
masih dapat dipergunakan atau tidak di butuhkan waktu, biaya yang terbatas dan
lain sebagainya.
4. Klasifikasi
Sumber Belajar
Sumber belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :[27]
a.
Pesan
(Message). Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide,
fakta, pengertian atau data.
b.
Manusia
(People). Orang yang menyimpan informasi atau menyalurkannya.
c.
Bahan
(Materials). Sesuatu, bisa disebut media software yang mengandung pesan
untuk disajikan.
d.
Peralatan
(Devices). Sesuatu, bisa menjadi media/hardware yang menyalurkan pesan untuk
disajikan yang ada di dalam software.
e.
Metode/Teknik
(Technique). Prosedur cara yang disiplin dalam memanfaatkan bahan, peralatan,
atau situasi untuk menyampaikan pesan.
f.
Lingkungan
(Setting). Situasi sekitar di mana pesan disampaikan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Strategi pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu
suatu siasat atau kiat yang digunakan
untuk memilih dan mengimplementasikan segala teori, pendekatan, teknik, metode,
model, media, materi dan sumber-sumber belajar dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
telah ditetapkan.
2.
Berbagai
strategi yang ada, diantaranya Jigsaw,
Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari
Informasi), Critical Incident (Pengalaman Penting), Seeing How It Is (Melihat
Kejadian Sebenarnya), Brainstorming (Curah Gagasan), Small Group
Discussion (Diskusi Kelompok
Kecil), Point Counterpoint (Adu Argumen), Active Debate (Debat Aktif), Role Playing (Bermain
Peran), Poster Comment
(Mengomentari Poster atau
Gambar), Concept Map/Maping (Peta Konsep).
3.
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik atau peserta didik dalam
mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran
yang mungkin terjadi dalam strategi.
4.
Berbagai
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, diantaranya metode ceramah,
metode cerita, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan, metode permainan,
metode simulasi.
5.
Media
pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu pendidik dalam mengajar serta sarana pembawa pesan
dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik).
6.
Fungsi media dalam
pembelajaran PKn, yaitu (1) Media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran, (2) Media pembelajaran
sebagai sumber belajar.
7.
Secara
garis besar, media dibagi menjadi empat jenis, yakni media grafis, media audio,
media proyeksi diam, serta media proyeksi gerak dan audio visual.
8.
Sumber
belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
9.
Manfaat sumber belajar,
diantaranya (1) Memberikan pengalaman belajar secara
langsung dan konkret kepada peserta didik, (2) Dapat menyajikan sesuatu
yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan
konkret, (3) Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di
dalam kelas, (4) Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru, (5) Dapat
membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup
mikro maupun makro, (6) Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur
dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat, (7) Dapat merangsang untuk
berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
10. Komponen-komponen sumber belajar dapat
dianalisis sebagai berikut: (1) Tujuan dan
fungsi sumber belajar, (2) Bentuk atau keadaan fisik sumber belajar, (3) Pesan,
(4) Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar.
11. Sumber belajar dapat diklasifikasikan sebagai Pesan (Message), Manusia (People), Bahan (Materials), Peralatan
(Devices), Metode/Teknik (Technique), dan Lingkungan (Setting).
DAFTAR
PUSTAKA
Solihatin, Etin. 2013. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasjmy Maridjo, Abdul. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak: TP.
Senjaya, Wina. 2008.
Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Murtadho, Moh. dkk. 2009. Pembelajaran PKn MI, Surabaya: LAPIS-PGMI.
Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran IPS
MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.
S. Sadiman, Arief.
2012. Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Suryani, Nunuk. 2012. Starategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Ombak.
Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran IPS
MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Rohani, Ahmad. 1997. Media
Instruksional Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.
[1] Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), hlm. 3-4.
[3] Wina Senjaya, Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hlm. 5-19.
[4] Moh. Murtadho, dkk., Pembelajaran PKn MI, (Surabaya:
LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 7.
[6] Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran
IPS MI, (Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 23.
[7] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012), hlm. 6-7.
[8] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, hlm. 19.
[9] Nunuk Suryani, Starategi
Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 136.
[10] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 17-18.
[11] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 29-33.
[12] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 33.
[13] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 33-35.
[14] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 35.
[15] Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN, 192-193.
[16] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 45.
[17] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 46
[18] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 47.
[19] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 48-49.
[20] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 49.
[21] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 49-55.
[22] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 55-57.
[23] Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, 58-60.
[24] Agung Eko Purwana,dkk., Pembelajaran
IPS MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 15-16.
[26] Ahmad Rohani, Media
Instruksional Edukatif , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997). Hlm.105
[27] Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran
IPS MI, 19-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar