Hallo teman-teman setelah buka-buka laptop dan ternyata aku nemu beberapa makalah sekarang aku mau Posting beberapa makalah yang sudah pernah aku buat beserta footnotenya yang butuh referensi buat tugasnya monggo mampir disini ya :)
BAB
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Optimis
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari
bahasa latin yaitu “Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, pada akhirnya
berarti satu harapan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi tertentu.[1] Optimis artinya sikap yang selalu berpengharapan baik dalam menghadapi
segala.
Dalil
Tentang Optimis
قُلْ يَعِبَا دِيَ الَّذِ ينَ أَسْرَفُوْا ءَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْ
ا مِن رَّ حْمَةِاللهِ ...
Artinya:
"Katakanlah:”Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. ( QS. Az
Zumar: 53)
يَبَنِىَّ اٌذْ هَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُوسُفَ
وَ أَجِيهِ وَلَا تاْ يْئَسُواْمِن رَّوْحِ اللهِ اِنَّهُ لَا يَاْيْئَسُ مِن رَّ
وْ حِ اللهِ إِلَّا اْلقَوْ مُ الْكفَرُ وَنَ
Artinya:“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir“.
(QS. Yusuf:87)
1.
Hari
itu didalam ulangan pelajaran Akidah Akhlak untuk kelas lima. Beberapa murid
tampak tegang. Lukman, murid pindahan, dari daerah tampak ceria. Ia menganggap
ulangan adalah hal yang biasa. Ia sangat optimis dapat menjawab soal-soal
dengan baik, karena ia sudah belajar dengan tekun dan juga berdo’a.
2.
Ketika
melaksanakan ibadah salat atau ibadah puasa, kita harus optimis bahwa ibadah
kita diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, ibadah kita laksanakan dengan
baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-nya.
3.
Dalam
hidup, kita membutuhkan makan dan minum. Salah satu cara untuk mendapatkan hal
tersebut adalah bekerja. Dengan bekerja sungguh-sungguh, kita akan mendapatkan
hasil yang lebih baik. Kita harus optimis dengan hasil yang kita peroleh dari
pekerjaan kita.
1.
Merasa
tenang dalam melaksanakan sesuatu.
2.
Merasa
yakin akan kemampuan diri sendiri.
3.
Tidak
bergantung pada bantuan orang lain
4.
Selalu
siap dalam menghadapi segala hal, termasuk pekerjaan.
5.
Apabila
memperoleh keberhasilan, kita merasa bersyukur dan terus bersemangat untuk
bekerja agar hasil yang kita peroleh lebih baik.
6.
Apabila
mengalami kegagalan, kita bersabar, tidak pernah putus asa, dan tetap optimis.
Sikap orang optimis menjadikan kegagalan itu sebagai pengalaman yang berharga.
Ia akan mencari sebab-sebab kegagalan untuk diperbaiki agar kegagalan tersebut
tidak terulang lagi.
1.
Tidak
yakin akan kemampuan diri sendiri
2.
Ragu-ragu
saat melaksanakan sesuatu
3.
Apabila
mengalami kegagalan, akan mudah putus asa.
E.
Pengertian Qana’ah
Menurut
bahasa qanaah berarti merasa cukup. Sedangkan menurut istilah, qanaah berarti
sikap rela menerima dan merasa cukup atas apa yang telah di berikan Alloh SWT . Rela menerima apa adanya bukan berarti
bermalas-malasan dan hanya menunggu nasib. Rela menerima dalam hal ini adalah
menerima atas hasil usaha, sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi
hasilnya tidak sesuai dengan keinginan. Orang yang bersifat Qana’ah akan
menerima apa adanya berapapun hasil dan nilai nya serta mensyukurinya dengan
lapang dada.[5]
Orang
yang memiliki sifat qana’ah pasti tidak memiliki sifat rakus. Ia tidak dengki
terhadap apa yang menjadi milik orang lain.Lawan dari qana’ah adalah tamak
(rakus). Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ
الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Artinya:
“kaya itu bukanlah kaya harta, tetapi kaya jiwa.” ( H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
SAW bersabda:
dari
Abdillah bin Ummar berkata, Rasulullah S.A.W. bersabda, “ sungguh beruntung
orang-orang yang masuk Islam, mendapatkan rezeki secukupnya, dan ia
merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya. “(H.R Muslim)[6]
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Qana’ah[7]
Surat Hud ayat 6
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ
رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ .كُلٌّ فِي كِتَابٍ
مُبِي
Artinya :” Tiada sesuatu yang melata di bumi melainkan ditangan
Allah rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya ,Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”
Surat an-Nisa’ ayat 32
وَ لَا تَتَمَنَّوْا
مَا فَضَّلَ اللهُ بِهِ بَعْضَكُمْ ءَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّااُكْتَسَبُوْا
Artinya:
“ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.”
F. Contoh Perilaku Qana’ah : [8]
1.
selalu
ikhlas menerima kenyataan hidup meskipun dengan keadaan yang sederhana
2.
Tidak
banyak berangan- angan dan berharap ynag melebihi batas kemampuan dan batas
yang ada
3.
Selalu
berusah dan bekerja untuk memperbaiki nasib kehidupan pada masa yang akan
datang.
4.
Selalu
berserah diri kepada Alloh SWT, baik dalam kehidupan lapang maupun sempit.
5.
Tidak
bersikap iri kepada nikmat Alloh yang diterima oleh orang lain.
6.
Selalu
bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Alloh SWT.
7.
Berprasangka
baik atas keputusan dan takdir Alloh
8.
Menjauhkan
diri dari sifat tamak, serakah, prasangka kurang baik .
9.
Jika
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan tidak mudah
kecewa dan putus asa.
1.
Tetap
giat berusaha dan bekerja.
2.
Rela
menerima apa adanya.
3.
Bersabar
jika mengalami kegagalan.
4.
Bersyukur
jika mendapat kebahagiaan
5.
Tidak
hanya mementingkan harta kekayaan.
6.
Terhindar
dari sifat tamak (rakus), iri hati, dengki, dan malas
7.
Terhindar
dari murka Allah.
H. Akibat Tidak Memiliki Sifat Qana’ah[10]
1.
Hatinya
selslu merasa tidak puas.
2.
Selalu
mengeluh dan menggerutu bila yang diterima tidak sesuai yang diangan-angankan.
3.
Kadang-kadang
dalam hatinya terbetik suatu anggapan bahwa Allah itu tidak adil.
4.
Selalu
menari cara agar apa yang diinginkan itu harus tercapai meski dengan jalan yang
tidak halal.
I.
Pengertian Tawakkal
Tawakkal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan.
Menurut istilah tawakal adalah berserah diri kepada Allah, menyerahkan
keputusan segala perkara kepada-Nya.[11]
Namun perlu diingat bahwa sifat tawakkal itu
bukan berarti orang tidak diwajibkan berikhtiar. Karena orang hidup diwajibkan
ikhtiar yaitu berusaha menurut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setelah usaha itu dilakukan barulah bertawakal, artinya menyerahkan segala usaha
itu kepada Allah dan bagaimana hasilnya itu semua terserah kepada-Nya. Sebelum
berikhtiar jangan mengatakan dirinya bertawakal karena yang demikian itu adalah
kebohongan atau kemalasan yang bekedok tawakkal.[12]
Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits yang Memerintahkan Kita Bertawakkal
فَاِ ذَا ءَزَ مْتَ فَتَوَ كَّلْ ءَلَى اللهِ اِنَ اللهَ يُحِبُّ اْلمُتَوَ
كَّلِيْنَ
(Fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallahi innallaha yuhibbul
mutawakkilin)
Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.”(QS. Ali Imran : 159)
وَا تَّقُو اللهَ وَ ءَلَى اللهِ فَلْيَتَوَ كَّلِ ا لْمُوءْ مِنُوْ نَ
Artinya: “Dan bertawakallah kepada Allah,
dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal.”(QS.
Al-Maidah: 11)
وَتَوَ كَّلْ ءَلَى
الْحَىِّ الَّذِ ىْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّح ْبِحَمْدِ ه
Artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang
tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.”(QS. Al-Furqaan: 58)
Rasulullah SAW bersabda :
لَوْاَ نَّكُمْ تَتَوَ كَّلُوْنَ ءَلَى اللهِ
حَقَّ تَوَ كُّلِهِ لَرَزَ قَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ ا لطَّيْرَ تَغْدُّوْ حِمَا صًا
وَ تَرُوْحُ بِطَا نًا (رواه ا تر ميز ى)
(Law
annakum tatawakkaluna ‘alallahi haqqa tawakkulihi larazaqakum kama yarzuqu
ath-tayra taghdu himashan wa taruhu bithanan)
Artinya: ” Jikalau kamu tawwakal kepada allah dan berserah diri
sepenuhnya, maka kamu akan mendapat rezeki seperti rezeki burung-burung yang di
waktu pagi pergi dalam keadaan lapar dan kembali sore dengan perut kenyang
”(HR. Turmudzy).
1.
Pelajar
yang menghadapi ujian sekolah. Tawakkalnya adalah setelah ia belajar maksimal,
menjaga kesehatannya agar dapat ikut ujian dengan baik, dan mengerahkan semua
kemampuan menjawab semua soal ujian. Begitu ia menyerahkan lembar jawaban, maka
saat itulah ia bertawakkal kepada Allah akan hasil dari ujiannya tersebut.
2.
Atau
seperti seseorang yang tengah sakit. Tawakkalnya adalah setelah ia menjalankan
semua tindakan medis yang dianjurkan, atau mencari berbagai alternatif demi
kesembuhannya. Setelah semua ikhtiar dicukupkan, saat itulah ia serahkan
hasilnya kepada Allah SWT.
3.
Atau
juga seperti seseorang yang ingin naik haji. Tawakkalnya adalah setelah ia
menggenapkan semua ikhtiar untuk itu, seperti menabung, menjaga kesehatan dan
mendaftarkan diri kepada penyelenggara haji. Ketika perjalanan haji dimulai,
saat itulah ia menyerahkan nasibnya kepada Allah, apakah perjalanannya akan
lancar, atau malah sebaliknya.
1.
Giat
dan bersemangat dalam bekerja.
2.
Senantiasa
berserah diri kepada Allah SWT dan berdo’a.
3.
Bersyukur
jika mendapatkan kebahagiaan dan bersabar apabila mengalami kegagalan.
4.
Terhindar
dari sifat sombong karena keberhasilan itu bukan semata-mata hasil pekerjaan
seseorang, tetapi atas kehendak Allah SWT.
5.
Tidak
gelisah, tetapi selalu tenang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
1.
Ragu
dan resah dalam menghadapi suatu masalah.
2.
Kecil
hati dalam setiap menghadapi persoalan yang sulit.
3.
Sombong
[1] Moh
Amin, 10 Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997), hlm.86
[2] Ibid.,
88
[3] Tim
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, Aqidah Akhlak Kelas V, (Bandung:
Puataka Setia, 2008) hlm. 54.
[4] Ibid.,
hlm. 55.
[5] Abdul
Fatah, Kehidupan Manusia Ditengah-tengah Alam Materi, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1995), hlm.92
[6] Ibid.,
hlm.93
[7] Moh
Amin, 10 Induk Akhlak Terpuji, hlm. 86
[8] Tim
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, Aqidah Akhlak Kelas V, hlm. 57
[9] Anwar
Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 157
[10] Ibid.,
hlm. 159
[11] Abdul
Rochim, Menjadi Insan Kamil, hlm. 64
[12] Abdul
Fatah, Kehidupan Manusia Ditengah-tengah Alam Materi, hlm.98
[13] Tim
Majelis Pendidikan dan Pengajaran, Aqidah Akhlak Kelas V, hlm. 59
[14] Abdul
Fatah, Kehidupan Manusia Ditengah-tengah Alam Materi, hlm. 99.
[15] Ibid.,
hlm. 100.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar