Selasa, 29 September 2015

Makalah Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling dengan Footnote



          Hmm, curhat sedikit ya readers  ini adalah makalah pertamaku yang mempunyai banyak referensi dan karena banyaknya referensi saat presentasi jadi kualahan sendiri jawab pertanyaan dari teman-teman hehehe #pengalaman tak terlupakan :)


MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
“JENIS DAN SIFAT BIMBINGAN KONSELING”

Dosen Pembimbing:
Taseman, M.Pd.I
Kelas               : PGMI 3A
Kelompok       : 4
   Aini Latifatun Zahro                        ( D77213053 )
   Erlinda Rochmatin                           ( D77213065 )
   Choiro Umatin                                 ( D77213061 )


 




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TABIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami serta bimbingan Dosen kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling dengan tepat waktu. Dan semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna begitu pula dengan makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan makalah ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang kami miliki.
            Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami lebih jelas tentang Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling.


Surabaya, 21 Desember 2014



Penyusun.







DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................             i
Daftar Isi ......................................................................................................              ii
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang .................................................................................          1
  2. Rumusan Masalah ............................................................................           2
  3. Tujuan ..............................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN
  1. Jenis Bimbingan dan Konseling ......................................................              3
  2. Sifat Bimbingan dan Konseling ......................................................              6
  3. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling .......................................               7
  4. Jenis Masalah yang Dihadapi Individu (Siswa) ..............................               15
  5. Sumber Masalah ..............................................................................           18
BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan ....................................................................................             21
  2. Saran ..............................................................................................            21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................           22
PERTANYAAN dan JAWABAN.............................................................              23


  

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah sesempurna mungkin karena manusia memiliki tugas atau memikul amanah yang cukup berat, yakni sebagai Khalifah di bumi, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam al-qur’an Q.S. Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut :
Apabila manusia pandai mengendalikan akal pikiran dan nafsunya,  dia akan diangkat derajatnya menjadi hamba-Nya yang mulia dan dicintai Tuhan. Begitu pula sebaliknya, apabila dia tidak  pandai mengendalikan akal dan nafsunya maka dia akan menjadi hamba-Nya yang hina.
Di era globalisasi ini banyak sekali masalah-masalah yang menghantam kehidupan manusia, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Utamanya permasalahan mengenai pendidikan dalam dunia pendidikan ini tidak lepas bergelut dari bimbingan dan konseling. Bimbingan yang baik dan benar merupakan hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi mental, pemikiran, tindakan, dan keberhasilan seseorang.
 Untuk itu kita disini akan membahas tentang mengetahui jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan, sifat-sifat bimbingan konseling itu sendiri juga jenis-jenis dan sumber masalah yang dihadapi individu, agar kita dapat mengetahui masalah–masalah yang dihadapi oleh peserta didik (siswa).

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa saja jenis bimbingan dan konseling?
2.      Bagaimana sifat bimbingan dan konseling?
3.      Apa saja jenis layanan dalam bimbingan konseling?
4.      Apa Jenis masalah yang dihadapi siswa?
5.      Apakah yang menjadi sumber masalah?

  1. Tujuan
1.      Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis bimbingan dan konseling
2.      Agar pembaca dapat mengetahui sifat bimbingan dan konseling
3.      Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis layanan dalam bimbingan konseling
4.      Agar pembaca dapat mengetahui berbagai jenis masalah yang dihadapi siswa
5.      Agar pembaca dapat mengetahui sumber masalah dalam bimbingan konseling



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Jenis Bimbingan dan Konseling
1.      Dilihat dari suatu permasalahannya ada tiga jenis bimbingan dan konseling yaitu:
a.       Bimbingan Akademik/Belajar
W.S. Winkel SJ. Menyatakan bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan cara yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar. Adapun yang termasuk masalah-masalah akademik/belajar, yaitu: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. [1]
Bimbingan akademik/belajar dilakukan dengan cara mengembangkan atau menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan akademik/belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.[2]
b.      Bimbingan sosial pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan sesama teman, dosen, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik. [3]
Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadiannya dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menangani masalah-masalah yang peserta didik hadapi. Dan juga mengarahkan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh peserta didik.[4]
Bimbingan ini diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial-pribadi yang tepat.[5]
c.       Bimbingan karier
Bimbingan karier yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan penyelesaian masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan dan penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.[6]
Bimbingan karier merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier, individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.[7]
d.      Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan terhadap para individu sebagai pemimpin/anggota keluara agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.[8]
Bimbingan keluarga membantu individu memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap memahami kehidupan berkeluarga. Serta membantu anggota keluarga dengan berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan bahagia.[9]

2.      Dilihat pada jumlah orang (individu) yang akan diberikan pelayanan bantuan ada dua yaitu: [10]
a.       Bimbingan dan konseling individual atau bimbingan dan konseling perseorangan (individuan counseling atau individual guidance). Bimbingan ini biasanya dilakukan melalui wawancara konseling atau dapat juga dilakukan diluar wawancara konseling.
b.      Bimbingan dan konseling kelompok (group guidance atau group counseling), baik kelompok tersebut kecil maupun besar.

3.      Dilihat dari segi waktu penanganan, yakni proses pemecahan masalah individu dimana diperlukan waktu yang sesegera mungkin atau bisa ditunda beberapa waktu lagi terbagi menjadi 4 tipe yakni: [11]
a.       Bimbingan dan Konseling Krisis
Kata krisis diartikan sebagai keadaan darurat dimana klien sedang menghadapi frustasi (kegagalan) dalam mencapai suatu keinginan yang sangan berarti dalam hidupnya atau sedang mengalami gangguan dalam perjalanan hidupnya yang ditanggapi dengan perasaan stres. Masalah tersebut memerlukan respon-respon khusus.
Kegiatan-kegiatan dalam mengatasi situasi krisis ini adalah intervensi langsung, dukungan dalam kadar tinggi (motivasi tinggi) atau referal kepada lembaga lain yang berwenang.
b.      Bimbingan dan Konseling Fasilitatif
Fasilitatif maksudnya suatu proses pemberian bantuan agar permasalahn klien menjadi lebih jelas. Bantuan bisa berupa bentuk pemahaman penerimaan diri, kemudian membuat rencana kegiatan dalam mengatasi masalah dan akhirnya melaksanakannya atas dasar kemauannya sendiri.
Bimbingan konseling fasilitatif ini sering disebut dengan istilah remidial atau adjustive, yakni memberikan gambaran bahwa seseorang disembuhkan karena berperilaku salah dan tidak dikehendaki sehingga membantu individu agar lebih maju dan bermanfaat dari kondisi sebelumnya.
c.       Bimbingan dan Konseling Preventive
Bimbingan dan konseling Preventive bersifat khusus dalam bentuk program-program khusus. Misal program pendidikan seks di sekolah-sekolah dengan maksud mencegah terjadinya kecemasan pada masa yang akan datang yang berkaitan dengan masalah seksualitas.
Bimbingan dan konseling Preventive ini dapat dilalukan melalui pemberian informasi yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya, melakukan referal ke program-program yang lebih sesuai dengan kapasitas kemampuannya dan juga konseling individual berdasarkan isi dan proses programnya.
d.      Bimbingan dan Konseling Developmental
Bimbingan dan konseling Developmental merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan dalam seluruh jangka kehidupan individu. Hal ini memfokuskan pada membantu klien untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif dalam berbagai tahap perkembangannya.

B.     Sifat Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah sifat yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Sifat-sifat tersebut adalah[12]:
1.      Pencegahan atau preventif
Yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Selain itu membekali individu agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan di masa mendatang.
2.      Penyembuhah atau korektif (curative)
Yaitu sifat bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami. Bimbingan dan konseling ini membantu individu dalam mengkoreksi terhadap perkembangan yang mengalami salah prosedur dan mengembalikan pada posisi yang seharusnya.
3.      Perbaikan atau perseveratif atau developmental
Yaitu sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa mencapai tingkat perkembangan optimal.
4.      Pemeliharaan
Yaitu sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sudah baik tetap baik.
5.      Pengembangan
Yaitu mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka  perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

C.    Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling maksudnya bentuk-bentuk kegiatan atau tindakan yang disusun dan dirancang oleh petugas bimbingan atau konseling yang diperuntukkan bagi individu-individu dalam rangka memberi bantuan kepada mereka. Adapun layanan-layanannya sebagai berikut: [13]
1.      Layanan pengumpulan data
Dalam layanan ini semua data tentang individu beserta latar belakangnya dihimpun dan didokumentasikan. Data dihimpun dari berbagai sumber dengan menggunakan angket, wawancara, observasi dan tes.
Data yang dihimpun diantaranya data pribadi, keluarga, sosial, budaya, agama, status ekonomi, prestasi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, ketekunan, kerajina dan sebagainya.
Tujuan dari layanan ini adalah mengumpulkan informasi mengenai individu yang akan mendapatkan bantuan bimbingan atau konseling dalam memahami diri, menerima diri serta lingkungannya untuk pengambilan keputusan yang bermanfaat bagi kehidupannya.
2.      Layanan informasi
Layanan informasi ini dirancang dan diberikan kepada individu untuk membantunya dalam mengenali lingkungan, terutama mengenai kesempatan-kesempatan yang ada dan dapat dimanfaatkan baik pada saat ini maupun masa yang akan datang.
Ada tiga macam alasan diberikannya layanan informasi ini:
a.       Merupakan landasan dasar apabila individu akan diperlengkapi pengetahuan sebagai dasar yang diperlukan untuk memikirkan secara mendalam tentang pokok-pokok persoalan pribadi yang penting.
b.      Merupakan landasan dasar yang dipakai sebagai acuan untuk merancang dan mengatur tindakan-tindakan apa yang seharusnya ia lakukan atas dasar informasi yang diketahuinya itu.
c.       Merupakan landasan dasar bagi individu dalam mengeksplorasi dan menyadari kemungkinan-kemungkinan mengadakan stabilitas atau perubahan karakteristik perkembangannya.
3.      Layanan penempatan
Layanan penempatan merupakan layanan untuk membantu individu dalam memperoleh tempat bagi pengembangan potensi yang dimilikinya. Layanan ini bertujuan agar setiap individu dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya. Diharapkan setiap individu menempati atau mengikuti kelompok kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan pribadinya. [14]
4.      Layanan konseling
Layanan konseling merupakan layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalah, terutama masalah sosial-pribadi yang mereka hadapi. Layanan konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli.[15]
5.      Layanan referal
Layanan referal merupakan layanan untuk melimpahkan masalah yang dihadapi individu kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani pembimbing dari luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi bantuan yang ada.[16]
6.      Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Layanan ini dirancang untuk mempertinggi perkembangan individu dengan jalan membantunya memilih dan memanfaatkan kesempatan yang ada.  Layanan ini menyangkut evaluasi proses atau evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan. Evaluasi proses menilai sejauh mana keterlaksanaan program bimbingan dan konseling itu didukung atau tidak oleh komponen-komponen yang terkait dengan sumber pelaksana, biaya, fasilitas dan manajemen. Sedangkan evaluasi hasil menilai sejauh mana pelaksanaan bimbingan itu efektif memenuhi harapan berbagai pihak, guru, kepala sekolah, peserta didik, wali kelas, orang tua dan anggota masyarakat.
Adapun tujuannya adalah untuk mengurangi seminim mungkin terjadinya kesalahan-kesalahan dalam memilih dan merencanakan beberapa karier dan alternatifnya.[17]
Tindak lanjut merupakan prosedur penyaluran dalam rangka menentukan apakah individu mampu berkembang atau tidak dalam penempatan. Kondisi ini individu dibatu untuk memahami apa yang diperlukan untuk menilai perkembangan pribadi yang terkait dengan tujuan jangka pendek, menengan maupun jangka panjang.[18]
7.      Layanan Konseling Perorangan[19]
a.       Makna layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien pribadi. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami klien. Bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah. Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya sendiri, lingkunganya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi masalahnya.[20]
b.      Tujuan layanan konseling perorangan
Tujuan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkunganya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga permasalahan klien dapat diatasi. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.[21]
Secara lebih khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk pada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yaitu yang pertama merujuk pada fungsi pemahaman, maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk-beluk yang dialami secara mendalam. Kedua, merujuk pada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur positif yang ada pada diri klien.
c.       Isi layanan konseling perorangan
Isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi melalui proses konseling. Setelah dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah yang akan dicarikan alternative pemecahanya melalui proses konseling dengan berpegang pada prinsip skala prioritas pemecahan masalah.[22]
d.      Kegiatan pendukung layanan konseling perorangan
Sebagaimana layanan-layanan yang lain, layanan konseling perorangan juga memerlukan kegiatan pendukung. Diantaranya :[23]
1)             Aplikasi instrumentasi. Baik berupa tes maupun non tes dapat digunakan dalam proses konseling perorangan diantaranya hasil tes, hasil ujian, hasil AUM (Alat Ungkap Masalah), angket, dan lain sebagainya dapat dijadikan dasar pemberian bantuan atau layanan kepada individu.
2)            Himpunan data. Seperti halnya hasil instrumentasi, data yang tercantum dalam himpunan data selain dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memanggil siswa juga dapat dijadikan konten yang diwacanakan dalam layanan bimbingan konseling perorangan, selanjutnya data hasil layanan harus dihimpun dalam himpunan data.
3)            Konferensi kasus. Konferensi kasus bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien dan untuk memperoleh dukungan serta kerja sama dari berbagai pihak terutama yang diundang dalam mengentaskan masalah klien. Tetapi rahasia pribadi klien harus tetap dijaga ketat.
4)            Kunjungan rumah. Seperti halnya konferensi kasus, kunjungan rumah juga bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien. Selain itu juga untuk memperoleh dukungan dan kerja sama dari orang tua dalam mengetaskan masalah klien.
5)            Alih tangan kasus. Tidak semua maslah yang dialami klien menjadi wewenang konselor (pembimbing) untuk menanganinya. Ada beberapa kasus yang harus di alih tangan ke pihak lain yang lebih mengetahui.
e.       Pelaksanaan layanan konseling perorangan[24]
1)        Perencanaan  yang meliputi kegiatan:
a)             Mengidentifikasi klien
b)             Mengempersatur waktu pertemuan
c)             Mempersiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan
d)            Menetapkan fasilitas layanan
e)             Menyiapkan kelengkapan administrasi
2)        Pelaksanaan yang meliputi kegiatan:
a)    Menerima klien
b)   Menyelenggarakan penstrukturan
c)    Membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik
d)   Memantapkan komitmen klien dalam pengentasan masalahnya
e)    Melakukan penilaian segera
3)      Melakukan evaluasi jangka pendek
4)      Menganalisis hasil evaluasi
5)      Tindak lanjut yang meliputi kegiatan:
a)    Mengomunikasikan rencana tina rndak lanjut kepada pihak-pihak terkait
b)   Melaksanakan rencana tindak lanjut
6)        Laporan yang meliputi kegiatan :
a)    Menyusun laporan layanan konseling perorangan
b)   Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak lain terkait
c)    Mendokumentasikan laporan
8.      Layanan Konseling Kelompok[25]
a.         Makna Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan . dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok . berdasarkan deskripsi di atas, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.[26]
Sebagaimana halnya bimbingan kelompok, konseling kelompok  pun harus dipimpin oleh seorang pembimbing (konselor) terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Dalam konseling kelompok, tugas pemimpin kelompok adalah:[27]
1)        Membentuk kelompok yang terdiri atas 8-10 orang sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampusecara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
a)         Terjadinya hubungan antara anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka
b)        Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam suasana keakraban
c)         Berkembangnya iktikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok
d)        Terbinanaya kemandirian pada setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara
e)         Terbina kemandirian kelompok sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lainnya
2)        Melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan
3)        Melakukan pentahapan kegiatan konseling kelompok dilaksanaan
4)        Memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok
b.        Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan konseling kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan memanfaatkan dinamika kelompok.[28]
c.         Isi Layanan Kelompok
Layana konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya.[29]
d.        Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
Sebagaimana layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh tahap-tahap sebagai berikut :[30]
1)        Perencanaan yang mencakup kegiatan :
a)    Membentuk kelompok
b)   Mengidentifikasi dan meyakinkan klien (siswa) tentang perlunya masalah dibawah ke dalam layanan konseling kelompok
c)    Menyusun jadwal kegiatan
d)   Menetapkan prosedur layanan
e)    Menetapkan fasilitas layanan
f)    Menyiapkan kelengkapan administrasi
2)        Pelaksanaan yang mencakup kegiatan
a)    Mengomunikasikan rencana layanan konseling kelompok
b)   Mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok
c)    Menyelenggarakan layanan konseling kelompok
3)        Evaluasi yang mencakup kegiatan:
a)    Menetapkan materi evaluasi
b)   Menetapkan prosedur evaluasi
c)    Menyusun instrumen evaluasi
d)   Mengoptimalisasikan instrumen evaluasi
e)    Mengolah hasil aplikasi instrumen
4)        Analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan:
a)        Melakukan analisis
b)        Menafsirkan hasil analisis
5)        Tindak lanjut yang mencakup kegiatan
a)    Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
b)   Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait
c)    Melaksanakan rencana tindak lanjut
6)        Laporan yang mencakup kegiatan:
a)    Menyusun laporan layanan konseling kelompok
b)   Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan kepada pihak-pihak lain yang terkait
c)    Mengomunikasikan laporan layanan.
D.    Jenis Masalah yang Dihadapi Individu (Siswa)
Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda- beda dan pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi siswa sekolah, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai berikut:[31]
1.      Masalah pengajaran atau belajar
            Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar mengajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar dan sebagainya. Bagi murid sendiri sering mengalami berbagai kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran misalnya, dalam cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, belajar bekelompok, menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas, cara menggunakan buku-buku pelajaran dan sebagainya.[32]
2.      Masalah pendidikan
            Dalam hubungan ini individu mengalami berbagai kesulitan yng berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada beberapa masalah, misalnya; menesuaikan dengan sekolah baru, pelajaran baru, tata tertib sekolah, guru-guru dan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, murid-murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti memilih kegiatan ekstra kurikuler, memilih program studi yang cocok, mencari teman belajar yang cocok dan sebagainya. Pada akhir pendidikan murid-murid akan berhadapan dengan berbagai masalah, misalnya memilih studi lanjut, memilih jenis-jenis latihan tertentu, menggunakan ketrampilan-ketrampilan tertentu, untuk kegiatan-kegiatan tertentu dan memilih pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu. Demikian pula masalah-masalah kelambatan belajar yang dialami murid-murid yang tergolong lambat dan terlampau cepat dalam belajarnya. Semuanya termasuk masalah-masalah pendidikan. Masalah ini banyak dialami oleh murid-murid sekolah pada umumnya.[33]
3.      Masalah pekerjaan
            Masalah-masalah ini berhubungan dengan memilih pekerjaan. Misalnya dalam memilih latihan-latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, penempatan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu. Pada umumnya masalah pekerjaan ini dirasakan oleh murid-murid sekolah, terutama murid-murid di sekolah menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tetapi murid-murid Sekolah Menengah Pertama pun tidak sedikit yang menghadapi masalah pekerjaan ini. Bahkan murid-murid Sekolah Dasar juga banyak yang tidak lepas dari masalah ini, terutama murid-murid yang tidak melanjutka pendidikan mereka.[34]
4.      Masalah penggunaan waktu senggang
            Masalah ini dirasakan oleh murid dalam menghadapi waktu-waktu luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara mengisi waktu-waktu tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat di lingkungannya.
Ketidakmampuan menggunakan waktu senggang kadang-kadang dapat menimbulkan masalah-masalah yang lebih besar lagi, misalnya kenakalan anak, melamun dan sebagainya. Masalah penggunaan waktu senggang misalnya bagaimana merencanakan suatu kegiatan dalam waktu luang, mengisi waktu luang dan memilih kegiatan yang cocok. Murid-murid di sekolah pada umumnya banyak menghadapi masalah ini, terutama pada waktu hari libur dan di luar jam pelajaran.[35]
5.      Masalah sosial
            Kadang-kadang murid menghadapi kesulitan dalam hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan  kemampuan murid berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya. Kita sering menjumpai murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan. Masalah-masalah tersebut disebut masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering dihadapi murid-murid.
6.      Masalah pribadi
            Dalam situasi tertentu murid dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya. Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya konflik berlarut-larut dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber timbulnya masalah-masalh pribadi lain. Masalah-masalah ini sering dialami para pemuda pada waktu menjelang masa adolesensi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat baik fisik maupun mental. Pada umumnya masalah pribadi ini timbul karena individu tidak berhasil dalam mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan di pihak lain.[36]
Sedangkan M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:[37]
a.         Masalah Individu yang Berhubungan dengan Tuhannya
Adalah kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal dengan Tuhannya, seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat. Dampak dari kesemua itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
b.        Masalah Individu Berhubungan dengan Dirinya Sendiri
Adalah kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya.
c.         Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Keluarga
Adalah kegagalan ketidakmampuan individu dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan keluargany, misal hubungan antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak dan saudara-saudara lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurang keteladanan dari kedua orang tua.
d.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Kerja
Adalah kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan berkomunikasi dengan atasan dn rekan kerja, kegagalan melaksanakan pekerjaan- pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
e.         Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Sosialnya
Adalah ketidak mampuan individu melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan lingkungan tetangga, sekolah, ataupun dengan masyarakat. Atau kegagalan dalam bergaul dengan lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan prilaku.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing disekolah dan madrasah, sehingga bisa menetapkan skala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

E.     Sumber Masalah
Sebenarnya ketika kita ingin menyelesaikan suatu permasalahan, maka kitapun harus meneliti akar permasalahannya. Setidaknya ada 3 sumber masalah yang dapat kita amati antara lain:[38]
1.      Keluarga
Penyebab awal masalah siswa tentu bisa dilihat dari asal siswa yaitu keluarga. Suasana keluarga yang tidak kondusif tentu akan mengakibatkan situasi belajar tidak akan nyaman bagi anak. Beberapa kondisi yang tidak kondusif itu disebabkan :[39]
a.       Lemahnya Pengawasan Orang Tua
Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat merasa penghasilannya tidak cukup dengan tuntutan kebutuhan yang semakin tinggi. Sehingga menuntut kedua orang tua bekerja diluar rumah. Sebagai dampaknya anak menjadi jauh dari pengawasan orang tua, dan anak menjadi kurang mendapat perhatian sehingga ketika dikelas dia berusaha mencari perhatian dengan membuat ulah, ramai dikelas dan lain sebagainya.
b.      Kurangnya Keteladanan dan Pemahaman Islam dari Rumah
Hal ini membuat merekah jauh dari sopan santun, rendah kontrol dalam aktivitas ibadah, lemah tanggung jawab dan tidak peduli dengan pemahaman agamanya padahal ini adalah pegangan utama untuk kehidupan mereka.
2.      Masyarakat
Masyarakat dibedakan menjadi 2, yaitu sekolah dan tempat tinggal.[40]
a.       Tempat Tinggal
Masyarakat yang cuek dengan orang lain cukup memberikan andil dalam membangun kepribadian anak, lingkungan masyarakat yang buruk misalnya: anak berkata jorok, permainan latihan judi-kelereng, kartu dan PS, internet yang membuat mereka tidak betah dirumah dan lebih terpenggaruh dengan dunia luar rumah.
b.      Sekolah
Misal teman yang tingkah lakunya buruk kadang dapat mempengaruhi siswa, kontrol guru yang lemah, kadang guru sudah jenuh menasihati anak tidak juga berubah, guru kasar dan memarahi siswa. Kadang guru sudah begitu banyak beban tugasnya, rendahnya gaji guru membuat guru tidak fokus pada aktivitas mengajar sehingga mereka terpaksa “Nyambi” pekerjaan lain.


3.      Negara
Negara dalam hal ini juga turut memberikan kontribusi kenakalan siswa. Hal ini di sebabkan karena negara terpengaruh pendidikan model kapitalis. Tuntutan kurikulum yang berat memperparah kondisi dan semangat belajar anak. Disamping itu, terbatasnya anggaran pendidikan menjadikan sarana sekolah minim dan upaya melepaskan tanggung jawab pendanaan yang kemudian dialihkan pada swastanisasi institusi pendidikan mengakibatkan pendidikan di negeri ini semakin mahal.[41]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa
Jenis bimbingan dan konseling dilihat dari suatu permasalahannya ada tiga jenis bimbingan dan konseling yaitu bimbingan akademik atau belajar, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karier, bimbingan keluarga. Iihat pada jumlah orang (individu) yang akan diberikan pelayanan bantuan ada dua yaitu bimbingan dan konseling individual dan bimbingan dan konseling kelompok. Dilihat dari segi waktu penanganan, bimbingan dan konseling krisis, bimbingan dan konseling fasilitatif, bimbingan dan konseling preventif, bimbingan dan konseling developmental.
Sifat bimbingan dan konseling yaitu pencegahan (preventif), penyembuhah (korektif), perbaikan, pemeliharaan, pengembangan.
Jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, layanan evaluasi dan tindak lanjut, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok.
Jenis masalah yang dihadapi individu (siswa). Masalah pengajaran atau belajar, masalah pendidikan, masalah pekerjaan, masalah penggunaan waktu senggang, masalah sosial, masalah pribadi. Sumber masalah adalah berasal dari keluarga, masyarakat, negara.

B.     Saran
Para konselor harus bisa menentukan termasuk dalam jenis apa masalah yang sedang dihadapi konseli sehingga nantinya konselor bisa menentukan teknik dan cara yang tepat untuk mengatasi masalah konseli tersebut sehingga proses bimbingan dan konseling bisa berjalan secara maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Musthofa,Bahri. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surabaya: Putra Media Nusantara. 2011)
Nurihsan, Ahmad Juntika. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. (Bandung: Refika Aditama. 2006)
Siradj, Shahudi. Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Surabaya: Revka Petra Media. 2012)
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011)
Kartadinata, Sunaryo. Layanan Bimbingan Dan Konseling Syarat Nilai. (Jakarta: 2006)
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2013)
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1995)
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000)
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
Mu’awanah dan Rita Hidayah. Bimbingan dan Konseling Islami Di Sekolah Dasar. (Jakarta: Bumi Aksasa. 2009)
Nana Syaodih Sukmadinata.  Landasan psikologi Proses Pendidikan.  ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005)



PERTANYAAN dan JAWABAN
Pertanyaan sesi pertama :
1.      Jelaskan lagi tentang layanan referal ? (Ni’matur Rohmah)
2.      Jelaskan sifat bimbingan dan konseling yang penyembuhan dan perbaikan ? (Ilmiyatul Amaliyah)
3.      Dengan dihapuskannya BK disekolah, apakah proses bimbingan konseling terus berjalan ? (Nurmala)
Jawaban pertanyaan sesi pertama :
1.       Layanan referal merupakan layanan untuk melimpahkan masalah yang dihadapi individu kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani pembimbing dari luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi bantuan yang ada. Seperti contoh tentang anak yang memakai narkoba dan masalah  hal ini diluar kemampuan sehingga konselor bisa melimpahkan masalah ini kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang seperti BNN.
2.      Sifat bimbingan dan konseling penyembuhan ini membantu individu dalam mengkoreksi terhadap perkembangan yang mengalami salah prosedur dan mengembalikan pada posisi yang seharusnya. Setelah dilakukan sifat bimbingan dan konseling penyembuhan kemudian dilanjutkan dengan sifat bimbingan dan konseling perbaikan untuk memperbaiki kondisi individu dari permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa mencapai tingkat perkembangan optimal. Jadi sifat bimbingan dan konseling disini saling berkesinambungan antara satu dan yang lainnya.
3.      Iya bimbingan dan konseling masih berjalan, karena tanpa disadari proses bimbingan akan terjadi diantara guru dan siswa terutama guru kelas, proses bimbingan dan konseling di MI lebih dominan dilakukan oleh guru kelas karena guru kelas yang sering masuk kedalam kelas sehingga guru kelas lebih paham dan cocok untuk mengatasi dan memberikan bimbingan kepada peserta didik. Jadi meskipun sudah dihapuskan hal ini tidak akan mempengaruhi proses bimbingan dan konseling yang dilakukan dari guru kelas kepada peserta didik tersebut.
Pertanyaan sesi ke dua :
1.      Fungsi LKS dalam pembelajar bimbingan dan konseling ? (Aisyah Hayyu S.T)
2.      Tolong jelaskan lagi tentang bimbingan dan konseling preventive dan bimbingan dan koseling developmental ? (Aminatuz Zuhriyah)

Jawaban sesi kedua :
1.      LKS bisa berfungsi sebagai bahan untuk memperoleh informasi atau suatu data dari peserta didik karena LKS bisa berfungsi sebagai kuisioner serta dapat menjadi tolak ukur atau bahan evaluasi program bimbingan dan konseling.
2.      Bimbingan dan konseling preventive merupakan bimbingan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya sebuah masalah dimasa depan. Misal program pendidikan seks di sekolah-sekolah dengan maksud mencegah terjadinya kecemasan pada masa yang akan datang yang berkaitan dengan masalah seksualitas. Sedangkan bimbingan dan koseling developmental ini ini memfokuskan pada membantu klien untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif dalam berbagai tahap perkembangannya.


[1] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Putra Media Nusantara,2011),86.
[2] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Refika Aditama,2006),15.
[3] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[4] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[5] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[6] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 16.
[7] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 16.
[8] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 17.
[9] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 17.
[10] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra Media, 2012), 27.
[11] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling , 34.
[12] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 36
[13] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 65.
[14] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 20.
[15] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling , ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 19.
[16] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, 22
[17] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 69.
[18] Sunaryo Kartadinata, Layanan Bimbingan Dan Konseling Syarat Nilai (Jakarta: 2006), 103.
[19] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 158
[20] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 159
[21] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 160
[22] Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), 78.
[23] Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, 79
[24] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 48.
[25] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, 49
[26] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 255
[27] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 257
[28] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 258
[29] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,258
[30] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 259
[31] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 106
[32] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 107
[33] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 108
[34] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 109
[35] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 110
[36] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 111
[37] Mu’awanah dan Rita Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksasa, 2009), 70.

[38] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan psikologi Proses Pendidikan ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Hlm. 238.
[39] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 109.
[40] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 110.

[41] Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar