Hmm, curhat sedikit ya readers ini adalah makalah pertamaku yang mempunyai banyak referensi dan karena banyaknya referensi saat presentasi jadi kualahan sendiri jawab pertanyaan dari teman-teman hehehe #pengalaman tak terlupakan :)
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan
Konseling
“JENIS DAN SIFAT BIMBINGAN KONSELING”
Dosen
Pembimbing:
Taseman, M.Pd.I
Kelas :
PGMI 3A
Kelompok :
4
Aini Latifatun Zahro (
D77213053
)
Erlinda Rochmatin (
D77213065
)
Choiro Umatin ( D77213061 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TABIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami
serta bimbingan Dosen kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling dengan tepat waktu. Dan semoga sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Kami mengakui bahwa kami
hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna begitu pula dengan
makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan
makalah ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang kami
miliki.
Dengan
menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah Jenis dan Sifat Bimbingan
Konseling ini bermanfaat
bagi kita semua. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam
memahami lebih jelas
tentang Jenis dan Sifat Bimbingan Konseling.
Surabaya, 21 Desember 2014
Penyusun.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
............................................................................................. i
Daftar Isi
...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang ................................................................................. 1
- Rumusan Masalah ............................................................................ 2
- Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
- Jenis Bimbingan dan Konseling ...................................................... 3
- Sifat Bimbingan dan Konseling ...................................................... 6
- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ....................................... 7
- Jenis Masalah yang Dihadapi Individu (Siswa) .............................. 15
- Sumber Masalah .............................................................................. 18
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan .................................................................................... 21
- Saran .............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................ 22
PERTANYAAN dan
JAWABAN............................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Manusia
diciptakan Allah sesempurna mungkin karena manusia memiliki tugas atau memikul
amanah yang cukup berat, yakni sebagai Khalifah di bumi, sebagaimana yang telah
dijelaskan di dalam al-qur’an Q.S. Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut :
Apabila manusia pandai mengendalikan akal pikiran dan
nafsunya, dia akan diangkat derajatnya menjadi hamba-Nya yang
mulia dan dicintai Tuhan. Begitu pula sebaliknya, apabila dia tidak pandai
mengendalikan akal dan nafsunya maka dia akan menjadi hamba-Nya yang hina.
Di era globalisasi ini banyak sekali masalah-masalah
yang menghantam kehidupan manusia, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Utamanya permasalahan mengenai pendidikan dalam dunia pendidikan ini tidak lepas bergelut dari
bimbingan dan konseling. Bimbingan yang baik dan benar merupakan hal yang
sangat penting karena dapat mempengaruhi mental, pemikiran, tindakan, dan
keberhasilan seseorang.
Untuk itu kita
disini akan membahas tentang mengetahui jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan,
sifat-sifat bimbingan konseling itu sendiri juga jenis-jenis dan sumber masalah
yang dihadapi individu, agar kita dapat mengetahui masalah–masalah yang
dihadapi oleh peserta didik (siswa).
- Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis bimbingan dan konseling?
2.
Bagaimana sifat bimbingan dan konseling?
3.
Apa saja jenis layanan dalam bimbingan konseling?
4.
Apa Jenis masalah yang dihadapi siswa?
5.
Apakah yang menjadi sumber masalah?
- Tujuan
1.
Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis bimbingan
dan konseling
2.
Agar pembaca dapat mengetahui sifat bimbingan dan
konseling
3.
Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis layanan
dalam bimbingan konseling
4.
Agar pembaca dapat mengetahui berbagai jenis masalah
yang dihadapi siswa
5.
Agar pembaca dapat mengetahui sumber masalah dalam
bimbingan konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Jenis Bimbingan dan Konseling
1. Dilihat
dari suatu permasalahannya ada tiga jenis bimbingan dan konseling yaitu:
a. Bimbingan
Akademik/Belajar
W.S.
Winkel SJ. Menyatakan bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan
cara yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar. Adapun yang
termasuk masalah-masalah akademik/belajar, yaitu: pengenalan kurikulum,
pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan
latihan, pencarian sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan
lain-lain. [1]
Bimbingan
akademik/belajar dilakukan dengan cara mengembangkan atau menciptakan suasana
belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para
pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara
belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan mampu
menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan
akademik/belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam
mencapai tujuan akademik yang diharapkan.[2]
b. Bimbingan
sosial pribadi
Bimbingan
sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para peserta didik dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun yang tergolong dalam
masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan sesama teman, dosen,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan
pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik. [3]
Bimbingan
sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadiannya dan mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menangani masalah-masalah yang peserta didik
hadapi. Dan juga mengarahkan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh peserta didik.[4]
Bimbingan
ini diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi
pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap-sikap yang
positif, serta keterampilan-keterampilan sosial-pribadi yang tepat.[5]
c. Bimbingan
karier
Bimbingan
karier yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan
dan penyelesaian masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan
tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan dan
penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.[6]
Bimbingan
karier merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan
memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya dan mengembangkan masa depannya yang
sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan
bimbingan karier, individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara
tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu
mewujudkan dirinya secara bermakna.[7]
d. Bimbingan
Keluarga
Bimbingan
keluarga merupakan upaya pemberian bantuan terhadap para individu sebagai
pemimpin/anggota keluara agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan
menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif
dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.[8]
Bimbingan
keluarga membantu individu memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota
keluarga sehingga individu siap memahami kehidupan berkeluarga. Serta membantu
anggota keluarga dengan berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses,
harmonis dan bahagia.[9]
2. Dilihat
pada jumlah orang (individu) yang akan diberikan pelayanan bantuan ada dua
yaitu: [10]
a. Bimbingan
dan konseling individual atau bimbingan dan konseling perseorangan (individuan
counseling atau individual guidance). Bimbingan ini biasanya dilakukan melalui
wawancara konseling atau dapat juga dilakukan diluar wawancara konseling.
b. Bimbingan
dan konseling kelompok (group guidance atau group counseling), baik kelompok
tersebut kecil maupun besar.
3. Dilihat
dari segi waktu penanganan, yakni proses pemecahan masalah individu dimana
diperlukan waktu yang sesegera mungkin atau bisa ditunda beberapa waktu lagi
terbagi menjadi 4 tipe yakni: [11]
a. Bimbingan
dan Konseling Krisis
Kata
krisis diartikan sebagai keadaan darurat dimana klien sedang menghadapi
frustasi (kegagalan) dalam mencapai suatu keinginan yang sangan berarti dalam
hidupnya atau sedang mengalami gangguan dalam perjalanan hidupnya yang
ditanggapi dengan perasaan stres. Masalah tersebut memerlukan respon-respon
khusus.
Kegiatan-kegiatan
dalam mengatasi situasi krisis ini adalah intervensi langsung, dukungan dalam
kadar tinggi (motivasi tinggi) atau referal kepada lembaga lain yang berwenang.
b. Bimbingan
dan Konseling Fasilitatif
Fasilitatif
maksudnya suatu proses pemberian bantuan agar permasalahn klien menjadi lebih
jelas. Bantuan bisa berupa bentuk pemahaman penerimaan diri, kemudian membuat
rencana kegiatan dalam mengatasi masalah dan akhirnya melaksanakannya atas
dasar kemauannya sendiri.
Bimbingan
konseling fasilitatif ini sering disebut dengan istilah remidial atau
adjustive, yakni memberikan gambaran bahwa seseorang disembuhkan karena
berperilaku salah dan tidak dikehendaki sehingga membantu individu agar lebih
maju dan bermanfaat dari kondisi sebelumnya.
c. Bimbingan
dan Konseling Preventive
Bimbingan
dan konseling Preventive bersifat khusus dalam bentuk program-program khusus.
Misal program pendidikan seks di sekolah-sekolah dengan maksud mencegah
terjadinya kecemasan pada masa yang akan datang yang berkaitan dengan masalah
seksualitas.
Bimbingan
dan konseling Preventive ini dapat dilalukan melalui pemberian informasi yang
bermanfaat bagi perkembangan hidupnya, melakukan referal ke program-program
yang lebih sesuai dengan kapasitas kemampuannya dan juga konseling individual
berdasarkan isi dan proses programnya.
d. Bimbingan
dan Konseling Developmental
Bimbingan
dan konseling Developmental merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan dalam
seluruh jangka kehidupan individu. Hal ini memfokuskan pada membantu klien
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif dalam berbagai
tahap perkembangannya.
B. Sifat Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah
sifat yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling. Sifat-sifat tersebut adalah[12]:
1. Pencegahan
atau preventif
Yaitu
sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat
ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya. Selain itu membekali individu agar lebih siap menghadapi
tantangan-tantangan di masa mendatang.
2. Penyembuhah
atau korektif (curative)
Yaitu
sifat bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami. Bimbingan dan konseling ini membantu individu dalam
mengkoreksi terhadap perkembangan yang mengalami salah prosedur dan
mengembalikan pada posisi yang seharusnya.
3. Perbaikan
atau perseveratif atau developmental
Yaitu
sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari
permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa mencapai tingkat perkembangan optimal.
4. Pemeliharaan
Yaitu
sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang
sudah baik tetap baik.
5. Pengembangan
Yaitu
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
C. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling maksudnya
bentuk-bentuk kegiatan atau tindakan yang disusun dan dirancang oleh petugas
bimbingan atau konseling yang diperuntukkan bagi individu-individu dalam rangka
memberi bantuan kepada mereka. Adapun layanan-layanannya sebagai berikut: [13]
1. Layanan
pengumpulan data
Dalam
layanan ini semua data tentang individu beserta latar belakangnya dihimpun dan
didokumentasikan. Data dihimpun dari berbagai sumber dengan menggunakan angket,
wawancara, observasi dan tes.
Data
yang dihimpun diantaranya data pribadi, keluarga, sosial, budaya, agama, status
ekonomi, prestasi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual, ketekunan, kerajina dan sebagainya.
Tujuan
dari layanan ini adalah mengumpulkan informasi mengenai individu yang akan
mendapatkan bantuan bimbingan atau konseling dalam memahami diri, menerima diri
serta lingkungannya untuk pengambilan keputusan yang bermanfaat bagi
kehidupannya.
2. Layanan
informasi
Layanan
informasi ini dirancang dan diberikan kepada individu untuk membantunya dalam
mengenali lingkungan, terutama mengenai kesempatan-kesempatan yang ada dan dapat
dimanfaatkan baik pada saat ini maupun masa yang akan datang.
Ada tiga macam alasan
diberikannya layanan informasi ini:
a. Merupakan
landasan dasar apabila individu akan diperlengkapi pengetahuan sebagai dasar
yang diperlukan untuk memikirkan secara mendalam tentang pokok-pokok persoalan
pribadi yang penting.
b. Merupakan
landasan dasar yang dipakai sebagai acuan untuk merancang dan mengatur
tindakan-tindakan apa yang seharusnya ia lakukan atas dasar informasi yang
diketahuinya itu.
c. Merupakan
landasan dasar bagi individu dalam mengeksplorasi dan menyadari
kemungkinan-kemungkinan mengadakan stabilitas atau perubahan karakteristik
perkembangannya.
3. Layanan
penempatan
Layanan
penempatan merupakan layanan untuk membantu individu dalam memperoleh tempat
bagi pengembangan potensi yang dimilikinya. Layanan ini bertujuan agar setiap
individu dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan
kekuatan yang dimilikinya. Diharapkan setiap individu menempati atau mengikuti
kelompok kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan
pribadinya. [14]
4. Layanan
konseling
Layanan
konseling merupakan layanan untuk membantu individu menyelesaikan
masalah-masalah, terutama masalah sosial-pribadi yang mereka hadapi. Layanan
konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli.[15]
5. Layanan
referal
Layanan
referal merupakan layanan untuk melimpahkan masalah yang dihadapi individu
kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang
ditangani pembimbing dari luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi
bantuan yang ada.[16]
6. Layanan
evaluasi dan tindak lanjut
Layanan
ini dirancang untuk mempertinggi perkembangan individu dengan jalan membantunya
memilih dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Layanan ini menyangkut evaluasi proses atau evaluasi hasil pelaksanaan
bimbingan. Evaluasi proses menilai sejauh mana keterlaksanaan program bimbingan
dan konseling itu didukung atau tidak oleh komponen-komponen yang terkait
dengan sumber pelaksana, biaya, fasilitas dan manajemen. Sedangkan evaluasi
hasil menilai sejauh mana pelaksanaan bimbingan itu efektif memenuhi harapan
berbagai pihak, guru, kepala sekolah, peserta didik, wali kelas, orang tua dan
anggota masyarakat.
Adapun
tujuannya adalah untuk mengurangi seminim mungkin terjadinya
kesalahan-kesalahan dalam memilih dan merencanakan beberapa karier dan
alternatifnya.[17]
Tindak
lanjut merupakan prosedur penyaluran dalam rangka menentukan apakah individu
mampu berkembang atau tidak dalam penempatan. Kondisi ini individu dibatu untuk
memahami apa yang diperlukan untuk menilai perkembangan pribadi yang terkait
dengan tujuan jangka pendek, menengan maupun jangka panjang.[18]
7.
Layanan Konseling Perorangan[19]
a.
Makna layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan bermakna layanan
konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap
seorang klien pribadi. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana
komunikasi tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien (siswa) yang
membahas berbagai masalah yang dialami klien. Bersifat spesifik menuju ke arah
pemecahan masalah. Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi
dirinya sendiri, lingkunganya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi masalahnya.[20]
b.
Tujuan layanan konseling perorangan
Tujuan konseling perorangan adalah agar klien memahami
kondisi dirinya sendiri, lingkunganya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya sehingga permasalahan klien dapat diatasi. Dengan perkataan
lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami
klien.[21]
Secara
lebih khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk pada
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yaitu yang pertama merujuk pada fungsi
pemahaman, maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk-beluk
yang dialami secara mendalam. Kedua,
merujuk pada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan
untuk mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari
fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan
adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur
positif yang ada pada diri klien.
c.
Isi layanan konseling perorangan
Isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh
konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah
sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi melalui proses
konseling. Setelah dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah yang akan
dicarikan alternative pemecahanya melalui proses konseling dengan berpegang
pada prinsip skala prioritas pemecahan masalah.[22]
d.
Kegiatan pendukung layanan konseling perorangan
Sebagaimana layanan-layanan yang lain, layanan
konseling perorangan juga memerlukan kegiatan pendukung. Diantaranya :[23]
1)
Aplikasi instrumentasi. Baik berupa tes maupun non tes
dapat digunakan dalam proses konseling perorangan diantaranya hasil tes, hasil
ujian, hasil AUM (Alat Ungkap Masalah), angket, dan lain sebagainya dapat
dijadikan dasar pemberian bantuan atau layanan kepada individu.
2)
Himpunan data. Seperti halnya hasil instrumentasi, data
yang tercantum dalam himpunan data selain dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk memanggil siswa juga dapat dijadikan konten yang diwacanakan dalam
layanan bimbingan konseling perorangan, selanjutnya data hasil layanan harus
dihimpun dalam himpunan data.
3)
Konferensi kasus. Konferensi kasus bertujuan untuk
memperoleh data tambahan tentang klien dan untuk memperoleh dukungan serta
kerja sama dari berbagai pihak terutama yang diundang dalam mengentaskan
masalah klien. Tetapi rahasia pribadi klien harus tetap dijaga ketat.
4)
Kunjungan rumah. Seperti halnya konferensi kasus,
kunjungan rumah juga bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien. Selain
itu juga untuk memperoleh dukungan dan kerja sama dari orang tua dalam
mengetaskan masalah klien.
5)
Alih tangan kasus. Tidak semua maslah yang dialami
klien menjadi wewenang konselor (pembimbing) untuk menanganinya. Ada beberapa
kasus yang harus di alih tangan ke pihak lain yang lebih mengetahui.
e.
Pelaksanaan layanan konseling perorangan[24]
1)
Perencanaan
yang meliputi kegiatan:
a)
Mengidentifikasi klien
b)
Mengempersatur waktu pertemuan
c)
Mempersiapkan tempat dan perangkat teknis
penyelenggaraan layanan
d)
Menetapkan fasilitas layanan
e)
Menyiapkan kelengkapan administrasi
2)
Pelaksanaan yang meliputi kegiatan:
a)
Menerima klien
b)
Menyelenggarakan penstrukturan
c)
Membahas masalah klien dengan menggunakan
teknik-teknik
d)
Memantapkan komitmen klien dalam pengentasan
masalahnya
e)
Melakukan penilaian segera
3)
Melakukan evaluasi jangka pendek
4)
Menganalisis hasil evaluasi
5)
Tindak lanjut yang meliputi kegiatan:
a)
Mengomunikasikan rencana tina rndak lanjut kepada
pihak-pihak terkait
b)
Melaksanakan rencana tindak lanjut
6)
Laporan yang meliputi kegiatan :
a)
Menyusun laporan layanan konseling perorangan
b)
Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau
madrasah dan pihak lain terkait
c)
Mendokumentasikan laporan
8. Layanan
Konseling Kelompok[25]
a.
Makna Layanan
Konseling Kelompok
Layanan
konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan
konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi
peserta layanan . dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami
oleh masing-masing anggota kelompok . berdasarkan deskripsi di atas, layanan
konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor
membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang
optimal.[26]
Sebagaimana
halnya bimbingan kelompok, konseling kelompok
pun harus dipimpin oleh seorang pembimbing (konselor) terlatih dan
berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Dalam konseling
kelompok, tugas pemimpin kelompok adalah:[27]
1)
Membentuk
kelompok yang terdiri atas 8-10 orang sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok
yang mampusecara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
a)
Terjadinya
hubungan antara anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka
b)
Tumbuhnya tujuan
bersama di antara anggota kelompok dalam suasana keakraban
c)
Berkembangnya
iktikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok
d)
Terbinanaya
kemandirian pada setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu
berbicara
e)
Terbina
kemandirian kelompok sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari
kelompok lainnya
2)
Melakukan
penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang apa, mengapa,
dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan
3)
Melakukan
pentahapan kegiatan konseling kelompok dilaksanaan
4)
Memberikan
penilaian segera hasil layanan konseling kelompok
b.
Tujuan Layanan
Konseling Kelompok
Secara
umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan
konseling kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.[28]
c.
Isi Layanan Kelompok
Layana
konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan
masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan
dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya.[29]
d.
Pelaksanaan
Layanan Konseling Kelompok
Sebagaimana
layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh
tahap-tahap sebagai berikut :[30]
1)
Perencanaan yang
mencakup kegiatan :
a) Membentuk
kelompok
b) Mengidentifikasi
dan meyakinkan klien (siswa) tentang perlunya masalah dibawah ke dalam layanan
konseling kelompok
c) Menyusun
jadwal kegiatan
d) Menetapkan
prosedur layanan
e) Menetapkan
fasilitas layanan
f) Menyiapkan
kelengkapan administrasi
2)
Pelaksanaan yang
mencakup kegiatan
a) Mengomunikasikan
rencana layanan konseling kelompok
b) Mengorganisasikan
kegiatan layanan konseling kelompok
c) Menyelenggarakan
layanan konseling kelompok
3)
Evaluasi yang
mencakup kegiatan:
a) Menetapkan
materi evaluasi
b) Menetapkan
prosedur evaluasi
c) Menyusun
instrumen evaluasi
d) Mengoptimalisasikan
instrumen evaluasi
e) Mengolah
hasil aplikasi instrumen
4)
Analisis hasil
evaluasi yang mencakup kegiatan:
a)
Melakukan
analisis
b)
Menafsirkan
hasil analisis
5)
Tindak lanjut
yang mencakup kegiatan
a) Menetapkan
jenis dan arah tindak lanjut
b) Mengomunikasikan
rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait
c) Melaksanakan
rencana tindak lanjut
6)
Laporan yang
mencakup kegiatan:
a) Menyusun
laporan layanan konseling kelompok
b) Menyampaikan
laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan kepada pihak-pihak lain yang
terkait
c) Mengomunikasikan
laporan layanan.
D. Jenis Masalah yang Dihadapi Individu (Siswa)
Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah yang
dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda- beda dan
pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi
siswa sekolah, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai
berikut:[31]
1. Masalah
pengajaran atau belajar
Dalam perbuatan belajar dapat
timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar.
Beberapa masalah belajar mengajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang
baik agar perbuatan belajar berhasil memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai
dengan jenis dan situasi belajar dan sebagainya. Bagi murid sendiri sering
mengalami berbagai kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran misalnya,
dalam cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, belajar
bekelompok, menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas, cara menggunakan
buku-buku pelajaran dan sebagainya.[32]
2. Masalah
pendidikan
Dalam hubungan ini individu
mengalami berbagai kesulitan yng berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada
umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada
beberapa masalah, misalnya; menesuaikan dengan sekolah baru, pelajaran baru,
tata tertib sekolah, guru-guru dan sebagainya. Dalam keseluruhan program
pendidikan di sekolah, murid-murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti
memilih kegiatan ekstra kurikuler, memilih program studi yang cocok, mencari
teman belajar yang cocok dan sebagainya. Pada akhir pendidikan murid-murid akan
berhadapan dengan berbagai masalah, misalnya memilih studi lanjut, memilih
jenis-jenis latihan tertentu, menggunakan ketrampilan-ketrampilan tertentu,
untuk kegiatan-kegiatan tertentu dan memilih pendidikan tertentu untuk
pekerjaan tertentu. Demikian pula masalah-masalah kelambatan belajar yang
dialami murid-murid yang tergolong lambat dan terlampau cepat dalam belajarnya.
Semuanya termasuk masalah-masalah pendidikan. Masalah ini banyak dialami oleh
murid-murid sekolah pada umumnya.[33]
3. Masalah
pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan
dengan memilih pekerjaan. Misalnya dalam memilih latihan-latihan tertentu untuk
pekerjaan tertentu, memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya,
mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, penempatan dalam pekerjaan
tertentu dan memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu.
Pada umumnya masalah pekerjaan ini dirasakan oleh murid-murid sekolah, terutama
murid-murid di sekolah menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tetapi murid-murid
Sekolah Menengah Pertama pun tidak sedikit yang menghadapi masalah pekerjaan
ini. Bahkan murid-murid Sekolah Dasar juga banyak yang tidak lepas dari masalah
ini, terutama murid-murid yang tidak melanjutka pendidikan mereka.[34]
4. Masalah
penggunaan waktu senggang
Masalah ini dirasakan oleh murid
dalam menghadapi waktu-waktu luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan
tertentu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara mengisi waktu-waktu
tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi masyarakat di lingkungannya.
Ketidakmampuan
menggunakan waktu senggang kadang-kadang dapat menimbulkan masalah-masalah yang
lebih besar lagi, misalnya kenakalan anak, melamun dan sebagainya. Masalah
penggunaan waktu senggang misalnya bagaimana merencanakan suatu kegiatan dalam
waktu luang, mengisi waktu luang dan memilih kegiatan yang cocok. Murid-murid
di sekolah pada umumnya banyak menghadapi masalah ini, terutama pada waktu hari
libur dan di luar jam pelajaran.[35]
5. Masalah
sosial
Kadang-kadang murid menghadapi
kesulitan dalam hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan
sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan
kemampuan murid berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan
sosial itu sendiri kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam
mencari teman belajar, teman bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan
kelompok dan sebagainya. Kita sering menjumpai murid-murid yang sebetulnya
pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan
teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan. Masalah-masalah tersebut
disebut masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering
dihadapi murid-murid.
6. Masalah
pribadi
Dalam situasi tertentu murid
dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya.
Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri.
Misalnya konflik berlarut-larut dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber
timbulnya masalah-masalh pribadi lain. Masalah-masalah ini sering dialami para
pemuda pada waktu menjelang masa adolesensi yang ditandai dengan
perubahan-perubahan yang cepat baik fisik maupun mental. Pada umumnya masalah
pribadi ini timbul karena individu tidak berhasil dalam mempertemukan antara
aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan di pihak lain.[36]
Sedangkan
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk
siswa sebagai berikut:[37]
a.
Masalah Individu
yang Berhubungan dengan Tuhannya
Adalah
kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal dengan Tuhannya, seperti
sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang
dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat. Dampak dari kesemua itu adalah
timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
b.
Masalah Individu
Berhubungan dengan Dirinya Sendiri
Adalah
kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu
mengajak atau menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya.
c.
Masalah Individu
yang Berhubungan dengan Lingkungan Keluarga
Adalah
kegagalan ketidakmampuan individu dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan
keluargany, misal hubungan antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak
dan saudara-saudara lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan anak merasa tertekan,
kurang kasih sayang, dan kurang keteladanan dari kedua orang tua.
d.
Masalah Individu
yang Berhubungan dengan Lingkungan Kerja
Adalah
kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik
pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan
berkomunikasi dengan atasan dn rekan kerja, kegagalan melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
e.
Masalah Individu
yang Berhubungan dengan Lingkungan Sosialnya
Adalah
ketidak mampuan individu melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan
lingkungan tetangga, sekolah, ataupun dengan masyarakat. Atau kegagalan dalam
bergaul dengan lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan prilaku.
Semua
masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing disekolah dan
madrasah, sehingga bisa menetapkan skala prioritas masalah mana yang harus
dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
E. Sumber Masalah
Sebenarnya ketika kita ingin menyelesaikan suatu
permasalahan, maka kitapun harus meneliti akar permasalahannya. Setidaknya ada
3 sumber masalah yang dapat kita amati antara lain:[38]
1. Keluarga
Penyebab
awal masalah siswa tentu bisa dilihat dari asal siswa yaitu keluarga. Suasana
keluarga yang tidak kondusif tentu akan mengakibatkan situasi belajar tidak
akan nyaman bagi anak. Beberapa kondisi yang tidak kondusif itu disebabkan :[39]
a. Lemahnya
Pengawasan Orang Tua
Hal
ini disebabkan karena sebagian masyarakat merasa penghasilannya tidak cukup
dengan tuntutan kebutuhan yang semakin tinggi. Sehingga menuntut kedua orang
tua bekerja diluar rumah. Sebagai dampaknya anak menjadi jauh dari pengawasan
orang tua, dan anak menjadi kurang mendapat perhatian sehingga ketika dikelas
dia berusaha mencari perhatian dengan membuat ulah, ramai dikelas dan lain
sebagainya.
b. Kurangnya
Keteladanan dan Pemahaman Islam dari Rumah
Hal
ini membuat merekah jauh dari sopan santun, rendah kontrol dalam aktivitas
ibadah, lemah tanggung jawab dan tidak peduli dengan pemahaman agamanya padahal
ini adalah pegangan utama untuk kehidupan mereka.
2. Masyarakat
Masyarakat
dibedakan menjadi 2, yaitu sekolah dan tempat tinggal.[40]
a. Tempat
Tinggal
Masyarakat
yang cuek dengan orang lain cukup memberikan andil dalam membangun kepribadian
anak, lingkungan masyarakat yang buruk misalnya: anak berkata jorok, permainan
latihan judi-kelereng, kartu dan PS, internet yang membuat mereka tidak betah
dirumah dan lebih terpenggaruh dengan dunia luar rumah.
b. Sekolah
Misal
teman yang tingkah lakunya buruk kadang dapat mempengaruhi siswa, kontrol guru
yang lemah, kadang guru sudah jenuh menasihati anak tidak juga berubah, guru
kasar dan memarahi siswa. Kadang guru sudah begitu banyak beban tugasnya,
rendahnya gaji guru membuat guru tidak fokus pada aktivitas mengajar sehingga
mereka terpaksa “Nyambi” pekerjaan lain.
3. Negara
Negara
dalam hal ini juga turut memberikan kontribusi kenakalan siswa. Hal ini di
sebabkan karena negara terpengaruh pendidikan model kapitalis. Tuntutan
kurikulum yang berat memperparah kondisi dan semangat belajar anak. Disamping
itu, terbatasnya anggaran pendidikan menjadikan sarana sekolah minim dan upaya
melepaskan tanggung jawab pendanaan yang kemudian dialihkan pada swastanisasi
institusi pendidikan mengakibatkan pendidikan di negeri ini semakin mahal.[41]
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa
Jenis bimbingan dan
konseling dilihat dari suatu permasalahannya ada tiga jenis bimbingan dan konseling
yaitu bimbingan akademik atau belajar, bimbingan sosial pribadi, bimbingan
karier, bimbingan keluarga. Iihat pada jumlah orang (individu) yang akan
diberikan pelayanan bantuan ada dua yaitu bimbingan dan konseling individual
dan bimbingan dan konseling kelompok. Dilihat dari segi waktu penanganan,
bimbingan dan konseling krisis, bimbingan dan konseling fasilitatif, bimbingan
dan konseling preventif, bimbingan dan konseling developmental.
Sifat bimbingan dan
konseling yaitu pencegahan (preventif), penyembuhah (korektif), perbaikan,
pemeliharaan, pengembangan.
Jenis
layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan pengumpulan data, layanan
informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, layanan
evaluasi dan tindak lanjut, layanan konseling perorangan, layanan konseling
kelompok.
Jenis
masalah yang dihadapi individu (siswa). Masalah pengajaran atau belajar,
masalah pendidikan, masalah pekerjaan, masalah penggunaan waktu senggang,
masalah sosial, masalah pribadi. Sumber masalah adalah berasal dari keluarga,
masyarakat, negara.
B. Saran
Para
konselor harus bisa menentukan termasuk dalam jenis apa masalah yang sedang
dihadapi konseli sehingga nantinya konselor bisa menentukan teknik dan cara
yang tepat untuk mengatasi masalah konseli tersebut sehingga proses bimbingan
dan konseling bisa berjalan secara maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Musthofa,Bahri.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surabaya: Putra Media Nusantara. 2011)
Nurihsan,
Ahmad Juntika. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. (Bandung:
Refika Aditama. 2006)
Siradj, Shahudi. Pengantar Bimbingan dan
Konseling. (Surabaya: Revka Petra Media. 2012)
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011)
Kartadinata, Sunaryo. Layanan Bimbingan Dan Konseling Syarat
Nilai. (Jakarta: 2006)
Tohirin.
Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2013)
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan
Penyuluhan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1995)
Sukardi,
Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. (Jakarta:
PT. Rineka Cipta. 2000)
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
Mu’awanah dan Rita Hidayah. Bimbingan dan Konseling Islami Di Sekolah Dasar. (Jakarta: Bumi
Aksasa. 2009)
Nana Syaodih
Sukmadinata. Landasan psikologi Proses Pendidikan. ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005)
PERTANYAAN
dan JAWABAN
Pertanyaan sesi pertama :
1. Jelaskan
lagi tentang layanan referal ? (Ni’matur Rohmah)
2. Jelaskan
sifat bimbingan dan konseling yang penyembuhan dan perbaikan ? (Ilmiyatul
Amaliyah)
3. Dengan
dihapuskannya BK disekolah, apakah proses bimbingan konseling terus berjalan ?
(Nurmala)
Jawaban pertanyaan sesi pertama :
1. Layanan referal merupakan layanan untuk
melimpahkan masalah yang dihadapi individu kepada pihak lain yang lebih mampu
dan berwenang, apabila masalah yang ditangani pembimbing dari luar kemampuan
dan kewenangan personal pemberi bantuan yang ada. Seperti contoh tentang anak
yang memakai narkoba dan masalah hal ini
diluar kemampuan sehingga konselor bisa melimpahkan masalah ini kepada pihak
lain yang lebih mampu dan berwenang seperti BNN.
2. Sifat
bimbingan dan konseling penyembuhan ini membantu individu dalam mengkoreksi
terhadap perkembangan yang mengalami salah prosedur dan mengembalikan pada posisi
yang seharusnya. Setelah dilakukan sifat bimbingan dan konseling penyembuhan kemudian
dilanjutkan dengan sifat bimbingan dan konseling perbaikan untuk memperbaiki
kondisi individu dari permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa mencapai
tingkat perkembangan optimal. Jadi sifat bimbingan dan konseling disini saling
berkesinambungan antara satu dan yang lainnya.
3. Iya
bimbingan dan konseling masih berjalan, karena tanpa disadari proses bimbingan
akan terjadi diantara guru dan siswa terutama guru kelas, proses bimbingan dan
konseling di MI lebih dominan dilakukan oleh guru kelas karena guru kelas yang
sering masuk kedalam kelas sehingga guru kelas lebih paham dan cocok untuk
mengatasi dan memberikan bimbingan kepada peserta didik. Jadi meskipun sudah
dihapuskan hal ini tidak akan mempengaruhi proses bimbingan dan konseling yang
dilakukan dari guru kelas kepada peserta didik tersebut.
Pertanyaan sesi ke dua :
1. Fungsi
LKS dalam pembelajar bimbingan dan konseling ? (Aisyah Hayyu S.T)
2. Tolong
jelaskan lagi tentang bimbingan dan konseling preventive dan bimbingan dan
koseling developmental ? (Aminatuz Zuhriyah)
Jawaban sesi kedua :
1. LKS
bisa berfungsi sebagai bahan untuk memperoleh informasi atau suatu data dari
peserta didik karena LKS bisa berfungsi sebagai kuisioner serta dapat menjadi
tolak ukur atau bahan evaluasi program bimbingan dan konseling.
2. Bimbingan
dan konseling preventive merupakan bimbingan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya sebuah masalah dimasa depan. Misal program pendidikan seks di
sekolah-sekolah dengan maksud mencegah terjadinya kecemasan pada masa yang akan
datang yang berkaitan dengan masalah seksualitas. Sedangkan bimbingan dan
koseling developmental ini ini memfokuskan pada membantu klien untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif dalam berbagai tahap
perkembangannya.
[1]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Putra
Media Nusantara,2011),86.
[2]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan (Bandung: Refika Aditama,2006),15.
[3]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[4]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[5]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 86.
[6]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
16.
[7]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, 16.
[8]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, 17.
[9]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
17.
[10]
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra
Media, 2012), 27.
[11]
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling , 34.
[12]
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 36
[13]
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 65.
[14]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, 20.
[15]
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling , (
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 19.
[16]
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, 22
[17]
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 69.
[18]
Sunaryo Kartadinata, Layanan Bimbingan Dan Konseling Syarat Nilai (Jakarta: 2006), 103.
[19]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), 158
[20]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 159
[21]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 160
[22]
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1995), 78.
[23]
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, 79
[24]
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 48.
[25]
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
49
[26]
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), 255
[27]
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 257
[28]
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 258
[29]
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,258
[30]
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 259
[31]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 106
[32]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 107
[33]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 108
[34]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 109
[35]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 110
[36]
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, 111
[37]
Mu’awanah dan Rita Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami Di Sekolah
Dasar (Jakarta: Bumi Aksasa, 2009), 70.
[38]
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
psikologi Proses Pendidikan ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Hlm.
238.
[39]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 109.
[40]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 110.
[41]
Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 110.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar